KEMELUT SEJARAH NUSANTARA
Babad Arya Tabanan
Babad Arya Tabanan adalah babad yang dapat diketemukan di tulisan-tulisan rontal kuno yang dimiliki beberapa Puri di Tabanan Bali.
Babad ini menceritakan awal ekspedisi Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dan Arya Damar (Adityawarman). Dalam babad ini disebutkan bahwa di sekitar tahun 1250-1256Ç ada keturunan raja yang tinggal di Kerajaan Kahuripan menurunkan enam anak laki-laki.
Putra sulung bernama Rahaden Cakradara (suami Raja Putri Majapahit III yang bergelar Jaya Wisnu Wardani atau Ratu Bra Kahuripan), adik-adiknya secara berturutan bernama Sirarya Dhamar, Sirarya Kenceng, Sirarya Kuta Wandira (Kuta Waringin), Sirarya Sentong dan yang bungsu Sirarya Belog (Tan Wikan).
Pada tahun 1342, pasukan perang Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada selaku Panglima Perang Tertinggi, dibantu oleh Wakil Panglima Perang yang bernama Arya Damar, serta beberapa Perwira dan Ksatria menyerang Kerajaan Bedulu di Bali.
Masing-masing ksatria ini memimpin pasukannya menyerang.
Dikisahkan, Gajah Mada menyerang dari arah Timur, diiringi oleh patih keturunan Mpu Witadarma mendarat di Toya Anyar (Tianyar), Arya Damar memimpin 15.000 prajurit bersama Arya Sentong dan Arya Kuta Waringin mendarat di Ularan menyerang Bali dari arah Utara, Arya Kenceng bersama Arya Belog, Arya Pengalasan dan Arya Kanuruhan menyerang dari arah Selatan, mendarat di Bangsul menuju Kuta.
Pasukan Arya Damar berhasil menaklukkan Ularan yang terletak di pantai utara Bali.
Pemimpin Ularan yang bernama Pasung Giri akhirnya menyerah setelah bertempur selama dua hari. Arya Damar yang kehilangan banyak prajurit melampiaskan kemarahannya dengan cara membunuh Pasung Giri.
Arya Damar kembali ke Majapahit untuk melaporkan kemenangan di Ularan. Raja yang memerintah di tahta Majapahit saat itu adalah Tribhuwana Tunggadewi marah atas kelancangannya, yaitu membunuh musuh yang sudah menyerah.
Arya Damar pun dikirim kembali ke medan perang untuk menebus kesalahannya. Arya Damar tiba di Bali bergabung dengan Gajah Mada yang bersiap menyerang Tawing. Sempat terjadi kesalahpahaman di mana Arya Damar menyerbu lebih dulu sebelum datangnya perintah.
Namun keduanya akhirnya berdamai sehingga pertahanan terakhir Bali pun dapat dihancurkan. Seluruh Pulau Bali akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit setelah pertempuran panjang selama tujuh bulan.
Pemerintahan Bali kemudian dipegang oleh adik-adik Arya Damar, yaitu Arya Kenceng, Arya Kutawandira, Arya Sentong, dan Arya Belog. Sementara itu, Arya Damar sendiri kembali ke daerah kekuasaannya di Palembang.
Arya Kenceng memimpin saudara-saudaranya sebagai penguasa Bali bawahan Majapahit. Ia dianggap sebagai leluhur raja-raja Tabanan dan Badung.
Arya
[Uraian selengkapnya tentang jabatan, tata pemerintahan dan kewenangan para pejabat-pejabat negara Majapahit akan diwedar kemudian pada waosan tentang Tata Pemerintahan Kerajaan Majapahit.]
Pemerintahan Selama masa kerajaan Majapahit para pejabat negara disebut tanda, masing-masing diberi sebutan atau gelar sesuai dengan jabatan yang dipangkunya.
Para tanda adalah:
1. Rakryan
2. Arya
3. Dang Akarya
Para tanda arya mempunyai kedudukan lebih rendah dari rakryan, dan disebut pada piagam-piagam sesudah Sang Panca Wilwatikta. Ada berbagai jabatan yang disertai gelar arya.
Piagam Sidakerta memberikan gambaran yang agak lengkap, para tanda arya ini antara lain:
1. Sang Arya Patipati: Pu Kapat;
2. Sang Arya Wangsaprana: Pu Menur;
3. Sang Arya Jayapati: Pu Pamor;
4. Sang Arya Rajaparakrama: Mapanji Elam;
5. Sang Arya Suradhiraja: Pu Kapasa;
6. Sang Arya Rajadhikara: Pu Tanga;
7. Sang Arya Dewaraja: Pu Aditya;
8. Sang Arya Dhiraraja: Pu Narayana.
Karena jasa-jasanya, seorang arya dapat dinaikkan menjadi wreddhamantri atau mantri sepuh. Baik Sang Arya Dewaraja Pu Aditya maupun Sang Arya Dhiraraja Pu Narayana mempunyai kedudukan wreddhamantri dalam Piagam Surabaya.
Ada dugaan, sebagaimana “Pranaraja” dan “Mahapati”, yang ternyata bukan nama diri orang melainkan sebutan gelar suatu jabatan, maka sebutan Arya Damar mungkin adalah gelar jabatan, yang nama orang yang menjabat jabatan tersebut tidak diketahui oleh para penulis sejarah.
Dengan demikian Arya Damar yang Wakil Panglima Perang di bawah pimpinan Panglima Perang Gajah Mada yang menyerang Bedulu Bali (mengacu pada Babad Arya Tabanan), tidak identik dengan Arya Damar, yang “dipaksa menjadi” ayah tiri sekaligus kakak Raden Patah menurut Babad Tanah Jawi.
2. CAKRADARA
Cakradara anak Dara Jingga?
Informasi atau data yang menyebutkan bahwa Cakradara adalah putri dari Dara Jingga, masih sangat diragukan. Belum ada referensi (atau saya belum pernah membacanya?), yang menyatakan hal ini, ataupun sedikit menyinggung pernikahan Tribuana dengan “sepupu” Jayanegara (seandainya teori Cakradara adalah anak Dara Jingga).
Juga yang menyatakan bahwa Dara Jingga memiliki putra Arya Damar, karena alur waktu (timeline) antara masa hidup Dara Jingga dengan Arya Damar berselisih hampir 100 tahun, demikian juga antara Cakradara dengan Arya Damar.
Data yang sedikit lebih valid adalah Dara Jingga menikah dengan seorang bangsawan Singasari bernama Adwaya Brahmana, yang juga menjadi pemimpin utusan dalam ekspedisi Pamalayu, berputra satu orang yaitu Adityawarman.
Dalam Pararaton, Cakradara bergelar Kertawardhana adalah ayah Hayam Wuruk, yang disebutkan pada prasasti Trowulan 1358, Kertawardhana sebagai putra Cakraiswara keturunan Wisnuwardhana (Ranggawuni, Raja Singasari).
Jadi, Cakradara bukan anak Adwayabhrahma dan Dara Jingga.
Demikian, semoga berkenan adanya.