Sabtu, 21 November 2015

LAHIRNYA KERAJAAN SRIWIJAYA

LAHIRNYA KERAJAAN SRI WIJAYA

KERAJAAN SRIWIJAYA
kisah sebelumnya menceritakan bahwa PU HYANG JAYA NASA menemukan lokasi yang baik untuk mendirikan kerajaan yaitu di sebuah BUKIT bernama BUKIT SIGUNTANG
Bersama pasukan dan pengawal serta penduduk - penduduk desa yang ada di sekitar bukit siguntang dan rakyat - rakyat kerajaan -kerajaan kecil yang telah takluk dan bersumpah setia kemudian membangun istana kerajaan di bukit siguntang. pembangunan istana di buat dari campuran tanah liat, pasir dan beberapa bahan lainnya yang banyak di temukan di kawasan itu, bahan - bahan batuan sangat minim sekali di sebabkan kawasan itu adalah kawasan endapan yang telah muncul sebagai daratan baru yang luas dan subur.
maka pada ABAD KE 5M berdiri sebuah kerajaan baru di sebelah selatan kerajaan MINANGA dan tidak banyak yang mengetahui hubungan keduanya begitu erat, dimana masing - masing raja adalah ke terikatan antara ayah dan anak.
peninggalan kerajaan sriwijaya

lalu timbul pertanyaan kenapa bukan PU HYANG JAYA NASA / DA PUNTA HYANG yang menggantikan ayahnya menjadi RAJA di MINANGA menggantikan SRI MAHARAJA JAYA NAGA ? jawabannya adalah sejak jaman DATUK KATUMANGGUNGAN DAN PERPATIH 1 memulai menyusun undang - undang adat telah di tetapkan yang menggantikan atau mengambil gelar datuk atau raja adalah KEMENAKAN yang di pilih sesuai aturan dan ketetapan adat yang telah di susun sedemikian rupa. dengan menghormati aturan adat yang telah ada inilah kemudian SRI JAYANAGA memerintahkan putranya untuk mencari dan membangun sebuah kerajaan baru untuk dirinya menjadi raja di sana dan di saat itu DARATAN BARU telah mulai bermunculan dan hutan - hutan yang lebat dan luas dengan segala isinya telah mulai banyak di bicarakan.
demikianlah akhirnya PU HYANG JAYA NACA / JAYA NASA yang ibunya dari daratan cina dan ber agama budha meninggalkan kerajaan MINANGA TAMWAN yang ber agama hindu ( lihat catatan tambo yang mengisahkan DATU SRI MAHARAJA DIRAJA yang merupakan keturunan  ISKANDAR ZULKARNAEN
kerajaan MINANGA sebuah kerajaan besar yang menerima setiap agama - agama baru yang masuk dengan mengutamakan kedamaian, dimana keragaman agama dan suku bangsa telah menjadikan KERAJAAN MINANGA TAMWAN menjadi kerajaan majemuk dengan agama HINDU BUDHA sebagai agama terbanyak saat itu.
 
MAKA dengan DA PUNTA HYANG menemukan BUKIT SEGUNTANG sebagai tempat di bangunnya kerajaan ia kemudian memberi nama kerajaan dengan nama SRIVIJAYA /SRIWIJAYA nama ini di ambil dari bahasa sansekerta yang banyak di kuasai masyarakat masa itu yang memiliki arti :  SRI = CAHAYA dan WIJAYA = KEMENANGAN 
 
nama ini sebenarnya mulai di kenal pada pertengahan antara abad ke 5 dan 6 masehi, sebelumnya SRI JAYANASA sendiri memberi nama dengan nama KERAJAAN SIGUNTANG - MAHAMERU yang memiliki makna kerajaan yang didirikan oleh raja keturunan dari kerajaan mahameru atau marapi. 

dan setiap pergerakan perluasan wilayah nya di pesisir selatan sumatera hingga ke tanah JAVA / JABA atau JAWA selalu mendapatkan kemenangan kemudian ramai orang menyebut kerajaan ini sebagai KERAJAAN SRI WIJAYA  

Senin, 02 November 2015

SUKU KURAI DI BUKITTINGGI




SUKU KURAI DI BUKITTINGGI
 


MARI MENGENAL LEBIH BANYAK SUKU SUKU DI MINANGKABAU




Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
tulisan ini saya copy dari TAMBO RANG KURAI tulisan St Batuah, sebagai tambahan informasi yang masih minim tentang sejarah dan bagaimana awal mula rang kurai mendiami kawasan bukittinggi.
#credit untuk St Batuah

Tambo (sejarah) Kurai Lima Jorong - Bukittinggi
Berdasarkan penuturan Dt. Saribasa yang bersumber pula dari Dt. Mangulak Basa dan kemudian ditulis oleh Dt. Rangkayo Tuo, disebutkan bahwa yang mula-mula datang untuk bermukim di Kurai Limo Jorong adalah dua rombongan yang datang dari Pariangan Padang Panjang. Kedua rombongan itu yang berjumlah kurang aso saratuih (+100) orang, mula-mula menuju Tanjung Alam dalam Nagari Sungai Tarap, sesudah itu terus menuju ke suatu tempat yang bernama Padang Kurai. Disini rombongan itu kemudian terbagi dua, yaitu Rombongan Pertama menuju ke Tanjung Lasi dan Rombongan Kedua menuju ke Biaro Gadang.
Rombongan pertama, yang dikepalai oleh Bandaharo nan Bangkah, dari Tanjung Lasi terus ke Kubang Putih, kemudian terus ke hilir, berhenti di suatu tempat yang dinamai Gurun Lawik (daerah Kubu Tinggi sekarang dalam Jorong Tigo Baleh). Selanjutnya perjalanan diteruskan melalui Babeloan, berbelok ke Puhun (Barat) dan sampailah di suatu tempat yang kemudian diputuskan untuk bermukim di situ. Tempat itu oleh Bandaharo nan Bangkah dinamai Koto Jolong (Pakan Labuah sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh). Rombongan yang datang dari arah Mudik (Selatan) ini adalah rombongan yang pertama yang sampai di Kurai Limo Jorong.
Rombongan kedua dipimpin oleh Rajo Bagombak gelar Yang Pituan Bagonjong. Ibunda Yang Pituan Bagonjong bernama Puti Ganggo Hati dan adiknya bernama Puti Gumala Ratna Dewi juga ikut dalam rombongan. Dari Biaro Gadang, yaitu dari arah Ujung (Timur), rombongan ini kemudian menuju ke suatu tempat yang dinamai Pautan Kudo (daerah persawahan di Parit Putus sekarang ini dan menjadi pusaka turun temurun Yang Dipituan Bagonjong), yaitu tempat dimana Yang Pituan Bagonjong menambatkan kudanya untuk beristirahat terlebih dahulu. Kemudian perjalanan diteruskan menuju ke suatu tempat yang dinamai Koto Katiak dan akhirnya sampai juga di Koto Jolong.
Setelah kedua rombongan berkumpul kembali maka terasa tempat permukiman tidak mencukupi untuk semua anggota rombongan, sehingga perlu diadakan musyawarah untuk bermufakat tentang pengembangannya. Dicapailah kata mufakat untuk membuat sebuah perkampungan lagi di sebelah Hilir (Utara) yang kemudian diberi nama Gobah Balai Banyak (Balai Banyak sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh). Perkampungan ini dibatasi parit di sebelah Ujung (Timur) yang dinamai Parit Tarantang (Parik Antang sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh) dan parit di sebelah Puhun (Barat) yang dinamai Parit Tuo (Tambuo sekarang).
Setelah beberapa lama kemudian diadakan lagi mufakat untuk memilih dan mengangkat beberapa orang menjadi Tuo-tuo yang akan mengurus kedua rombongan itu sehari-harinya. Hasil mufakat menetapkan sejumlah 13 orang yang disebut Pangka Tuo, yaitu 6 orang untuk ditempatkan di Hilir (Utara) dan 7 orang untuk ditempat-kan di sebelah Mudik (Selatan) dan masing-masingnya diberi gelar Datuak. Semua Pangka Tuo tersebut adalah saadaik salimbago (berada dalam satu kelembagaan) yang disebut Panghulu Nan Tigo Baleh. Dari nama kelembagaan tersebut maka daerah pemukiman itu kemudian diberi nama Tigo Baleh (Tiga Belas).
Adapun 6 orang Pangka Tuo yang di Hilir (Urang Nan Anam) adalah:
    Dt. Gunung Ameh / Dt. Indo Kayo    Dt. Mangkudun    Dt. Panduko Sati    Dt. Sikampuang    Dt. Mangulak Basa    Dt. Sari Basa
    Dt. Rangkayo Basa
    Dt. Nan Adua
    Dt. Mantiko Basa / Dt. Kapalo Koto
    Dt. Asa Dahulu
    Dt. Maruhun
    Dt. Pado Batuah
    Dt. Dunia Basa
  2. Suku Pisang
  3. Suku Sikumbang
  4. Suku Jambak
  5. Suku Tanjuang
  6. Suku Salayan
  7. Suku Simabua
  8. Suku Koto
  9. Suku Malayu
  2. Jorong Guguk Panjang
  3. Jorong Koto Salayan
  4. Jorong Tigo Baleh
  5. Jorong Aur Birugo
   - Dt. Dadok Putiah  suku Pisang
   - Dt. Majo Labiah  suku Sikumbang
   - Dt. Barbangso  suku Tanjuang
   - Dt. Kampuang Dalam suku Koto
   - Dt. Kuniang  suku Guci
   - Dt. Nan Gamuak  suku Salayan
   - Dt. Pangulu Basa suku Jambak
   - Dt. Majo Sati  suku Tanjuang
   - Dt. Subaliak Langik suku Guci
   - Dt. Sunguik Ameh suku Pisang
   - Dt. Tan Ameh  suku Jambak
   - Dt. Malayau Basa suku Simabua
   - Dt. Indo Kayo Labiah suku Pisang
   - Dt. Rangkayo Basa suku Sikumbang
   - Dt. Nan Adua  suku Koto
   "Manti nan Sambilan" atau sekarang disebut Panghulu nan Sambilan   "Dubalang nan Duo Baleh" atau sekarang disebut Panghulu nan Duo Baleh
  2. Penghulu Pucuak nan Sambilan
  3. Penghulu Pucuak nan Duo Baleh
  4. Empat penghulu yang dianggap termasuk Nan Duo Baleh atau Nan Duo Puluah Anam.
  5. Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari
  6. Ninik Mamak Pangka Tuo Kampuang
  7. Ninik Mamak Pangka Tuo Kubu
  8. Ninik Mamak Pangka Tuo Hindu
Pucuak Nan Balimo
Panghulu Pucuak Nan Sambilan
Panghulu Pucuak Nan Duobaleh
Dt. Malaka, Dt. Panghulu Basa, Dt. Rangkayo Basa dan Dt. Simajo nan Panjang juga disebut Basa Ampek Balai.
Acara Adat Mendirikan Panghulu

Sedangkan 7 orang Pangka Tuo yang di Mudiak (Urang Nan Tujuah) adalah:
Sebutan Urang Nan Anam dan Urang Nan Tujuah sampai sekarang masih tetap dipakai untuk menunjukan keutamaan gelar kepenghuluan yang bersangkutan sebagai gelar pusaka yang diwarisi dari Tuo-tuo yang mula-mula datang bermukim di Kurai Limo Jorong, terutama dalam mengatur posisi duduk dalam pertemuan adat (Lihat "Acara Adat Mendirikan Penghulu").
Sesuai ketentuan di ranah Minang pada umumnya, perkawinan hanya diperbolehkan antar suku, sedangkan kesukuan ditentukan berdasarkan garis keturunan ibu. Jumlah suku seluruhnya ada 9 suku yaitu:
  1. Suku Guci
Dari hasil perkawinan antar suku tersebut, para pemukim di Tigo Baleh mempunyai keturunan yang makin lama makin banyak. Pemukiman yang semula hanya di dua tempat, yaitu Pakan Labuah dan Balai Banyak, meluas mulai dari daerah Parak Congkak, Ikua Labuah sampai ke Kapalo Koto. Akhirnya dalam Kerapatan Adat yang diadakan di Parak Congkak diputuskan untuk memindahkan sebagian pemukim menyeberangi parit Tambuo ke sebelah Puhun (Barat), untuk membuka tempat-tempat pemukiman baru.
Sistem Pemerintahan Menurut Adat Kurai Limo Jorong
Seluruh daerah pemukiman, termasuk Tigo Baleh, kemudian diberi nama Kurai dan dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing disebut Jorong atau Nagari (sehingga disebut juga Kurai Limo Jorong). Kelima jorong tersebut masing-masing kemudian diberi nama:
  1. Jorong Mandiangin
Dalam Kerapatan Adat tersebut juga diputuskan bahwa tatkala sebagian dari Panghulu nan Tigo Baleh akan meninggalkan Tigo Baleh maka kelembagaan tersebut terbagi menjadi 2 bagian yaitu Panghulu nan Tigo Baleh di Dalam dan Panghulu nan Tigo Baleh di Lua.
Panghulu Nan Tigo Baleh di Dalam adalah sebagian aggota Panghulu nan Tigo Baleh yang tetap tinggal di Tigo Baleh ditambah dengan beberapa orang Tuo-tuo sebagai penghulu yang baru, semuanya berjumlah 14 orang. Sedangkan Panghulu Tigo Baleh di Lua adalah sebagian anggota Panghulu nan Tigo Baleh yang meninggalkan Tigo Baleh, ditambah dengan beberapa orang Tuo-tuo sebagai penghulu yang baru, yang ikut pindah ke jorong-jorong yang lainnya, semuanya berjumlah 12 orang.
Selanjutnya dalam setiap Jorong diangkat masing-masing 4 orang Pangka Tuo Nagari yang secara kelembagaannya seluruhnya disebut Panghulu nan Duopuluah sebagai berikut:
  1. Jorong Mandiangin   - Dt. Malako Basa  suku Pisang
  2. Jorong Koto Salayan   - Dt. Nan Basa  suku Pisang
  3. Jorong Guguak Panjang   - Dt. Nagari Labiah suku Jambak
  4. Jorong Aur Birugo   - Dt. Majo Nan Sati suku Guci
  5. Jorong Tigo Baleh   - Dt. Mangkudun  suku Guci
Selang beberapa lama kemudian terbentuklah secara mufakat Penghulu nan Duo Puluah Anam, yaitu suatu lembaga yang akan menjalankan adat di Kurai Limo Jorong. Lembaga ini terdiri dari 26 orang penghulu, yaitu:
   "Penghulu nan Balimo" atau sekarang disebut Pucuak Nan Balimo
Disamping itu ada lagi yang disebut "Pangka Tuo Nan Saratuih", yaitu Niniak Mamak yang di masing-masing jorong berfungsi sebagai Pangka Tuo Kubu, Pangka Tuo Hindu, Pangka Tuo Kampuang dan Pangka Tuo Banda.
Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu berkuasa di tempatnya (kubu) masing-masing. Pangka Tuo Kubu yang tertinggi adalah Dt. Samiak dan Dt. Balai.
Pangka Tuo Kampuang berkuasa di kampung masing-masing, bekerja sama dengan Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu. Dt. Panduko Sati (Tanjuang) adalah Pangka Tuo Kampuang yang tertinggi di Kurai.
Pangka Tuo Banda adalah terutama berfungsi di daerah persawahan, yaitu diangkat untuk mengatur secara teknis pembagian air ke sawah-sawah.
Pangka Tuo Nagari yang berkuasa penuh di Jorong (nagari) masing-masing dibantu serta bekerjasama dengan Pangka Tuo Kampuang, Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu. Dalam kerjasama tersebut dipimpin oleh Penghulu Pucuak yang ada dalam Jorong yang bersangkutan.
Dengan demikian maka tingkatan kepenghuluan di Kurai Limo Jorong adalah sebagi berikut:
  1. Penghulu Pucuak Nan Balimo
Pangka Tuo Banda tidak termasuk dalam tingkatan kepenghuluan karena penghulu ini hanya mempunyai tugas dan kewajiban khusus menyangkut teknis pengairan dan tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab dari segi adat.
Semuanya itu disebut Niniak Mamak nan Balingka Aua yang dengan Panghulu nan Duo Puluah Anam merupakan Pucuak Bulek Urek Tunggang dalam Lembaga Kerapatan Adat Kurai Limo Jorong.
Semua penghulu disebut "nan gadang basa batuah". Yang meng"gadang"kan adalah bako dan anak pusako, yang mem"basa"kan adalah nagari dan yang me"nuah"kan adalah anak kamanakan.



Pucuak  nan Balimo adalah pimpinan adat tertinggi di Kurai Limo Jorong yang aggotanya terdiri dari:

  - Dt. Bandaharo  suku Guci
  - Dt. Yang Pituan   suku Pisang
  - Dt. Sati    suku Sikumbang
  - Dt. Rajo Mantari   suku Jambak
  - Dt. Rajo Endah   suku Tanjuang
Pucuak Bulek nan Balimo diketuai oleh Dt. Bandaharo. Setiap keputusan yang telah dimufakati oleh Penghulu Pucuak nan Sembilan serta Penghulu Pucuak nan Duo Baleh mula-mula dihantarkan kepada Dt. Rajo Endah, kemudian diteruskan kepada Dt. Rajo Mantari, selanjutnya kepada Dt. Sati dan kemudian kepada Dt. Yang Pituan sebelum akhirnya kepada Dt. Bandaharo untuk diputuskan secara bulat, sarupo pisang gadang, dibukak kulik tampak isi, lalu dimakan habih-habih.
Dt. Bandaharo disebut pusek jalo pumpunan ikan, mamacik kato nan bulek. Juga dikenal sebagai nan basawah gadang.
Dt. Yang Pituan, dikenal sebagai nan batabuah larangan karena tugasnya untuk mengumpulkan / memanggil seluruh ninik-mamak / penghulu Kurai Limo Jorong untuk hadir dalam suatu acara adat, dibantu oleh Dt. Panghulu Sati dan Dt. Panghulu Basa.
Dt. Sati, dikenal sebagai nan bapadang puhun atau bapadi sakapuak hampo, baameh sapuro lancuang dan tetap di Campago, Mandiangin, sehingga disebut juga gadang sabingkah tanah di Mandiangin.
Dt. Rajo Mantari, dikenal sebagai nan baguguak panjang dan dikatakan gadang sabingkah tanah di Guguak Panjang.
Dt. Rajo Endah, dikenal sebagai nan babonjo baru (di daerah Tarok).

Panghulu Pucuak nan Sambilan berfungsi untuk membulatkan keputusan hasil mufakat Panghulu nan Duo Baleh, bulek sarupo Inti, sebelum dihantarkan kepada Pucuak Bulek nan Balimo. Yang termasuk Panghulu nan Sambilan adalah:
 - Dt. Pangulu Sati  suku Tanjuang
 - Dt. Maharajo  suku Guci
 - Dt. Batuah  suku Sikumbang
 - Dt. Kayo  suku Jambak
 - Dt. Sinaro  suku Simabua
 - Dt. Putiah  suku Pisang
 - Dt. Nan Baranam suku Salayan
 - Dt. Bagindo Basa suku Koto
 - Dt. Rajo Mulia  suku Pisang
Dt. Pangulu Sati adalah pimpinan adat Panghulu nan Sambilan.
Dt. Maharajo menguatkan pimpinan adat, memimpin penyelesaian masalah-masalah adat dibantu oleh Dt. Batuah dan Dt. Kayo.
Dt. Panghulu Sati, Dt. Maharajo, Dt. Batuah dan Dt. Kayo disebut manti atau Basa Ampek Balai, yang berfungsi untuk mengambil keputusan menurut adat.
Dt. Sinaro bersama-sama Dt. Putiah mengambil keputusan menurut adat, salangkah indak lalu, satapak indak suruik, maampang tuhua mamakok mati dan buliah suruik lalu.
Dt. Nan Baranam dikenal bataratak bakoto asiang.
Dt. Bagindo Basa dikenal baparik bakoto dalam.
Dt. Rajo Mulia dikenal sebagai nan bungsu dari nan sambilan.

Panghulu Pucuak nan Duo Baleh berfungsi untuk merumuskan keputusan hasil mufakat Panghulu nan Sambilan, mamicak-micak sarupo Pinyaram, sebelum dihantarkan kepada Panghulu Pucuak nan Sambilan. Yang termasuk Panghulu nan Duo Baleh adalah:
 - Dt. Malaka   suku Guci
 - Dt. Pangulu Basa  suku Sikumbang
 - Dt. Simajo Nan Panjang  suku Tanjuang
 - Dt. Rangkayo Nan Basa  suku Jambak
 - Dt. Garang   suku Koto
 - Dt. Bagindo   suku Pisang
 - Dt. Tan Muhamad  suku Salayan
 - Dt. Nan Angek   suku Pisang
 - Dt. Panjang Lidah  suku Simabua
 - Dt. nan Labiah   suku Pisang
 - Dt. Palimo Bajau  suku Tanjuang
 - Dt. Tumbaliak   suku Guci

Dt. Bagindo, dalam acara Mendirikan Penghulu adalah penghulu yang pertama menerima bagian daging dan tidak seperti untuk penghulu yang lainnya daging tersebut dicincang terlebih dahulu. Dt. Bagindo juga berfungsi menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penghulu-penghulu di Kurai Limo Jorong. Disamping itu setiap kali mengadakan pertemuan antara penghulu-penghulu, untuk acara apapun, Dt. Bagindo juga berfungsi menyediakan makanan/minuman. Untuk itu Dt. Bagindo mempunyai sawah paduan yaitu sawah yang hasilnya oleh Dt. Bagindo digunakan untuk membiayai penyelenggaraan setiap pertemuan tersebut. Dt. Bagindo dibantu oleh Dt. Putiah dan Dt. Rajo Mulia.
Dt. Simarajo Nan Panjang pada masa dahulu adalah penghulu yang jabatannya menguasai semua kubu-kubu di Kurai Limo Jorong dan menjagainya.
Dt. Nan Angek dan Dt. Putiah disebut urang Pisang ampek rumah.
Dt. Panghulu Basa dan Dt. Batuah disebut bagobah di Balai Banyak.
Dt. Garang dan Dt. Bagindo Basa baparik Koto Dalam.
Dt. Tan Muhamad disebut babingkah tanah dan adalah panghulu yang bungsu di antara Panghulu Nan Duo Baleh.
Termasuk juga dalam Panghulu Nan Duo Baleh adalah Dt. Batuduang Putiah (Pisang), Dt. Nan Laweh (Pisang), Dt. Asa Basa (Jambak) dan Dt Majo Basa (Jambak). Kalau ada acara meresmikan Pangka Tuo Banda secara adat, maka ke-empat penghulu ini bekerjasama satu sama lain menjadi cancang mahandehan, lompek basitumpu. Yang tertinggi atau sebagai pimpinan dalam kerjasama di antara ke-empat penghulu ini, adalah Dt. Batuduang Putih.

Acara adat mendirikan penghulu adalah acara adat dalam rangka "mengukuhkan" pemakaian gelar pusaka oleh seseorang yang sebelumnya telah dicalonkan menjadi seorang Penghulu/Ninik mamak sehingga untuk selanjutnya penghulu yang bersangkutan berwenang dan bertanggung-jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam menjalankan adat sesuai menurut tingkatannya di Kurai Limo Jorong.
Umumnya acara adat mendirikan penghulu  diadakan dalam bentuk sebuah perhelatan di sebuah Rumah Gadang yang sekurang-kurangnya berukuran tigo ruang. Rumah Gadang yang digunakan tersebut batirai balangik-langik, batabia bapaka, badulang badalamak, bacerek bacarano, baaguang batalempong, bamarawa bagaba-gaba, bapayuang-panji bapaga-jendela.
Setiap rumah gadang terdiri dari tigo ririk dan tempat duduk para penghulu diatur oleh juaro sesuai menurut kategori masing-masing penghulu sebagai Panghulu Nan Tigo Baleh, yaitu:
Ririk Satu, yaitu di sebelah biliak (ruang tidur) adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Anam.
Ririk Duo, yaitu sebelah pintu ke kanan adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Tujuah.
Ririk Tigo, yaitu di ruang tengah adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Anam & Nan Tujuah.
Tergantung tingkatan gelar pusaka yang akan dikukuhkan, acara perhelatan adat Mendirikan Penghulu dibedakan atas:
Mendirikan Panghulu Pucuak Nan Balimo dan atau Panghulu Pucuak Nan Sambilan
Acara ini diselenggarakan dengan memotong satu ekor kerbau dan satu ekor sapi. Daging kerbau untuk dibagi-bagikan kepada seluruh Ninik Mamak di Kurai Limo Jorong, sedangkan daging sapi untuk dimasak dan kemudian dimakan habis.
Mendirikan Panghulu Nan Duo Baleh
Acara ini diselenggarakan dengan memotong satu ekor Sapi untuk dimasak dan kemudian dimakan habis.
Mendirikan Panghulu Urek Tunggang
Acara ini diselenggarakan cukup dengan menyediakan kepala kerbau untuk dimasak dan kemudian dimakan habis.
Dilihat dari sifat dan latar belakang diadakannya, acara mendirikan Panghulu dapat dibedakan lagi sebagai berikut:

Patah Tumbuah, Hilang Baganti
Diadakan karena penghulu yang memakai gelar pusaka yang bersangkutan telah meninggal dunia. Patah tumbuah artinya dari yang patah itu tumbuh penggantinya, yaitu dari kapalo ka bahu, dari mamak ka kamanakan artinya calon penggantinya adalah generasi langsung dalam garis keturunan ibu. Hilang Baganti artinya bila tidak ada lagi generasi yang berikutnya secara langsung dari garis keturunan ibu atau disebut sudah punah, maka dicarikan penggantinya yang sagagang atau yang yang basabalahan gagang dari penghulu yang meninggal. Gelar pusaka yang bersangkutan dipakaikan kepada calon penggantinya pada waktu memandikan jenazah dan acara Mendirikan Penghulu dilkasanakan pada waktu "tanah pemakaman masih merah". Acara ini dilaksanakan menurut adat disebut sasukek hanguih, sarandam basah, artinya "perhelatan sekali habis".
Hiduik Bakarilahan, Mati Batungkek Budi
Diadakan karena penghulu yang memakai gelar pusaka yang bersangkutan, oleh karena sesuatu hal perlu diganti atau dipindahkan gelarnya kepada orang lain. Hiduik bakarilahan artinya penghulu yang bersangkutan sudah tidak kuasa lagi memikul tugas dan tanggung-jawab menjalankan adat, bukik nan didaki alah tinggi, lurah nan dituruni alah dalam. Acara perhelatannya menurut adat balapiak basah badaun cabiak (seperti perhelatan menyempurnakan penghulu). Yang dimaksud mati batungkek budi adalah dari mamak ke kemenakan atau ke cucu dan seterusnya dari garis keturunan ibu. Acara perhelatannya sama dengan acara perhelatan patah tumbuh hilang baganti.
Gadang Balega, Pusako Basalin
Yang dikatakan gadang balega yaitu kalau seorang penghulu telah sempurna menurut adat (telah "berhelat"), kalau dia meninggal maka gelar pusakanya dipakaikan kepada legarannya. Yang dikatakan pusako basalain yaitu kalau seorang penghulu meninggal maka harta pusaka peninggalannya jatuh kepada warisnya menurut adat. Acara perhelatannya menurut adat cukup sesuai rukun dan syaratnya seperti perhelatan menyempurnakan penghulu.
Gadang Samparono, Tungkek Badiri
Yaitu bilamana seorang penghulu pucuak telah sempurna menurut adat (telah "berhelat"), maka  didirikan tungkek sebagai pengganti. Kalau penghulu yang bersangkutan meninggal maka tungkek tersebut dipakaikan kepada legarannya. Acara perhelatannya sama seperti perhelatan gadang balega pusako basalin.
Lamah Bapandano, Condong Bapanungkek
Yaitu bilamana seorang penghulu, oleh karena sesuatu hal, tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai penghulu, maka penghulu yang bersangkutan boleh mewakilkannya kepada kemenakan atau cucunya, akan tetapi wewenang dan tanggung jawab adat tetap dipegang oleh penghulu yang bersangkutan. Acaranya boleh dengan perhelatan besar atau kecil asal balapiak basah badaun cabiak.
Mambangkik Batang Tarandam
Yaitu memakaikan gelar pusaka yang sudah lama tidak dipakai. Perhelatannya boleh besar atau kecil atau cukup dengan bertahlil saja.

PERDAGANGAN DI KAWASAN MELAYU ABAD KE 4

PERDAGANGAN DI KAWASAN MELAYU ABAD KE 4 MASEHI


dunia perdagangan memang tidak lepas dari perkembangan zaman, perdagangan inilah yang kemudian membuka wawasan masyarakat dunia saat itu untuk mencari tahu wilayah - wilayah lainny masa itu.
perdagangan sudah ada sejak zaman dahulu kala, bersamaan dengan itu di tanah melayu ( sumatera sekarang ) perdagangan sudah di mulai dari zaman sebelum es mencair hingga akhirnya peradababan kerajaan kandis, minanga tamwan, kuntala, sriwijaya, hingga kawasan campa, siam dan sebagainya.
maka mulai hijrahlah manusia - manusia saat itu ke daerah - daerah baru, terjadi perkawinan dan lahirlah generasi baru.

perdagangan di kawasan selat melaka sekarang yang dulu di kenal sebagai laut SUNDA DWIPA, dimana pada masa dahulu antara pulau sumatera dan jawa bersatu, dan di sebut sebagai TATAR SUNDA.
perkembangan perdagangan sudah mulai ramai di abad ke 2 masehi, dan pada abad ke 3 masehi perdagangan di tatar sunda di kuasai oleh orang cina dari KANTON / KWAN TUNG, mereka berhasil menaklukan kerajaan kandis waktu itu. dan di abad ke 4 di saat politik di cina sedang kacau, masuklah pedagang - pedangang dari india dan parsi, kembali perdagangan meramai.

disaat itu telah berkembang kerajaan - kerajaan baru yang besar pula, seperti dikalimantan KERAJAAN KUTAI berdiri pada abad ke 3 masehi dengan raja nya KUDUNGGA merupakan seorang raja yang berasal dari india yang ber agama hindu, menetap di hulu sungai besar di kalimantan timur sekarang, demi menghindarkan diri dari kejaran musuhnya.

di tanah jawa, AKI TIREM telah mendirikan sebuah kerajaan baru yang bernama SALAKA NAGARA
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.
( di sunting dari wikipedia bebas bahasa indonesia )
 
dan akhirnya pada abad ke 4 KERAJAAN TARUMA NAGARA yang memiliki pelabuhan besar bernama KALAPA dan ibu kota taruma nagara berada di daerah SUNDA yang berada jauh di pedalaman. lambat laun nama pelabuhan laut itu jadi terkenal dengan sebutan SUNDA KALAPA.
 
mulailah perdagangan perdagangan yang makin meluas setelah para keturunan dari kerajaan MALAYU mendiami kawasan di SULAWESI .
mereka menetap di beberapa kerajaan yang ada di sana seperti LUWU , GOWA dan BONE dan kerajaan lainnya.

dan saat itu terlihat SRIWIJAYA mulai lahir dan berkembang cepat di bandingkan kerajaan lainnya.

Jumat, 23 Oktober 2015

PENGARUH BUDHA DI TANAH MELAYU

PENGARUH BUDHA DI TANAH MELAYU

perkembangan kerajaan - kerajaan di tanah melayu seperti tertekan setelah KERAJAAN KANDIS di taklukan pasukan dari KANTON / KWANTUNG - CINA, sejak itu pengaruh budha terasa sangat kuat sekali di daerah melayu, di mana kerajaan - kerajaan bawahan di wajibkan memeluk agama budha, sehingga banyak kerajaan kecil di sana telah menjadikan agama budha sebagai agama kerajaan selain agama hindu yang sudah berkembang sebelumnya, agama hindu dan aliran kepercayaan juga berkembang namun tak sepesat pengaruh budha yang datang dari negeri cina.
desa kuntu

begitu kuatnya pengaruh cina mempengaruhi kerajaan - kerajaan yang berada di persekutuan melayu dimana mereka sebenarnya beraja ( BARAJO ) ke MINANGA TAMWAN, dan perdagangan di perairan selat melaka sekarang di kuasai oleh para pedangan cina, sehingga pedagang dari teluk persia kesulitan untuk menguasai dan masuk di perdagangan MINANGA.



KERAJAAN KUNTU ( abad ke 4 M ) di selatan pekanbaru sekarang akhirnya berada di bawah pengaruh budha dan hindu.

Pada tahun 670-730 M, terdapat dua kerajaan besar yaitu Cina di timur (beragama budha Mahayana) dan Khalifah Muawiyah di barat (beragama islam) masing-masing hendak memonopoli perdagangan, menanamkan pengaruh ekonomi dan agama. Namun politik Muawiyah lebih berhasil dibanding cina sehingga abad ke-8 agama islam(syi'ah) masuk dan berkembang di Kuntu.

Dakwah pengembangan islam terhenti selama 4 abad disebabkan Cina merasa terganggu kepentingan ekonomi dan pengembangan agamanya, maka Cina mengutus dua orang sarjana agama Budha yaitu : Wajaro Bodhi dan Amogha Bajra. Sejak saat itu pedagang dari Arab dan Persi tidak datang lagi ke Kuntu Timur. Pada masa inilah apa yang diistilahkan "Apik Tupai, Panggang Kaluang" dimana pada saat itu penduduk kehilangan pedoman/tuntunan agama.
Kesultanan Kuntu Kampar terletak di Minangkabau Timur, daerah hulu dari aliran Kampar Kiri dan Kanan. Kesultanan Kuntu atau juga disebut dengan Kuntu Darussalam di masa lalu adalah daerah penghasil lada dan menjadi rebutan Kerajaan lain, hingga akhirnya Kesultanan Kuntu dikuasai oleh Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Kini wilayah Kesultanan Kuntu hanya menjadi sebuah cerita tanpa meninggalkan sedikitpun sisa masa kejayaan, Kesultanan Kuntu kini berada di wilayah Kecamatan Kampar Kiri (Lipat Kain) Kabupaten Kampar.
Kuntu di masa lalu adalah sebuah daerah yang sangat strategis baik dalam perjalanan sungai maupun darat. Di bagian barat daya Kuntu, di seberangnya ada hutan besar yang disebut Kebun Raja. Di dalam hutan yang bertanah tinggi itu, selain batang getah, juga ada ratusan kuburan tua. Satu petunjuk bahwa Kuntu dulu merupakan daerah yang cukup ramai adalah ditemukannya empat buah pandam perkuburan yang tua sekali sehingga hampir seluruh batu nisan yang umumnya terbuat dari kayu sungkai sudah membatu (litifikasi). Salah satu di antara makam-makam tua itu makam Syekh Burhanuddin, penyiar agama Islam dan guru besar Tarekat Naqsabandiyah yang terdapat di Kuntu. Makam itu berada dekat Batang Sebayang. Syekh Burhanuddin diperkirakan lahir 530 H atau 1111 M di Makkah dan meninggal pada 610 H atau 1191 M. Dengan peninggalannya yang ada sampai saat ini: Sebuah stempel dari tembaga bertuliskan Arab “Syekh Burhanuddin Waliyullah Qodi Makkatul Mukarramah” dan Sebilah Pedang, tongkat, sebuah kitab Fathul Wahab dan sebuah Khutbah. Sejak masuknya Syekh Burhanuddin di Kuntu mengembangkan islam Mazhaf Syafi’i, Islam Syi’ah yang datang sebelumnya ke Kuntu kehilangan kekuatan politik dan mundur pada tahun 1238 M.
 
KERAJAAN INDERA PURA 
berkedudukan di PESISIR SELATAN merupakan bagian dari kerajaan pagaruyung yang paling ujung, dan ia adalah paman dari RAJA DANG TUANKU DAN CINDUA MATO, yang menjadi raja di PAGARUYUNG. kerajaan ini paling aman dari pengaruh cina dan india, dan merupakan tanah perlindungan bagi raja - raja minanga.

diperkirakan pernah muncul pada tahun 645 yang diperkirakan terletak di hulu sungai Batang Hari. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi di Kamboja, dan kemudian Negarakertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahkan oleh Raden Wijaya raja Majapahit pewaris kerajaan Singasari, sedangkan Dara Jingga dengan Adwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarman kemudian hari menjadi raja Pagaruyung.

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA - LAHIRNYA DA PUNTA HYANG

CIKAL BAKAL KERAJAAN SRIWIJAYA

LAHIRNYA DA PUNTA HYANG

pergeseran pemerintahan dan perdagangan ke kawasan PANTAI TIMUR telah banyak merubah tata pemerintahan dan juga cara hidup masyarakat dan juga kerajaan - kerajaan leluhur dinasti MARAPI
perkembangan kerajaan - kerajaan di wilayah merapi begitu pesat, ke unikannya di sini, mereka tidak memiliki raja besar yang mengatur semua negeri, tetapi mereka bersatu padu di bawah naungan pemerintahan ninik mereka di merapi yang pada masa itu ada di bawah pemerintahan KERAJAAN BATU PATAH / PAGARUYUNG ( nama pagaruyung dahulu belum di populerkan sebagai nama kerajaan sebab seringnya terjadi pergantian kepemimpinan dan juga menghormati DATUK TUMENGGUNG sebagai TETUA RAJA atau DATUK penguasa ALAM hingga posisi beliau di gantikan oleh penerusnya setelah wafat ) dan  di bawah naungan keturunan raja DANG TUANGKU dan CINDUA MATO yang berhasil melindungi wilayah dinasti merapi dari serangan kerajaan TIANG HUNGKUK.
dengan banyaknya raja - raja kecil di setiap daerah di rasa perlu untuk membuat sebuah kesatuan KERAJAAN sebagai pengayom kerajaan - kerajaan kecil yang tersebar hingga ke pantai barat,
untuk itu datuk - datuk dan raja - raja berunding dan berkumpul untuk menunjuk siapa yang di jadikan RAJO ALAM pemimpin alam kerajaan melayu masa itu.

setelah hijrahnya keturunan dari SRI MAHARAJA TUNGGAL yang sempat di lantik sebagai penguasa bawahan cina kwantung di kerajaannya sendiri, ia mengganti nama kerajaan menjadi MINANGA dan di kenal dengan sebutan MINANGA TAMWAN di ambil dari kata MINANGA dan TAMWAN dimanan nama MINANGA meiliki banyak arti kalau di lihat dan di baca dari tulisan tulisan para ahli sejarah ada mengartikan MINANGA ber asal dari kata INANG atau asuhan ada juga yang menyebutkan nama MINANGA ber arti nama sungai,
bila kita mencari dari asal katanya dan dalam bahasa sansekerta atau hindi berasal dari kata VI NANGGA artinya VI ATAU BI ber arti 2 dan ANGGA berarti besar yang di artikan adalah dua sungai besar atau bersatunya dua kekuatan yang besar yang mengarah kepada dua kelarasan besar saat itu yaitu KETUMENGGUNGAN DAN PERPATIH NANSAWATANG.

jadi dapat sekiranya di simpulkan kerajaan MINANGA adalah persatuan dua kekuatan besar yang berasal dari dua raja besar yaitu perpatih dan tumenggung, dan di sini di pilih raja dari keturunan keduanya.

dari kondisi yang ada pada saat itu, kerajaan MINANGA tidak saja bertahan dengan agama leluhur tetapi saat itu sudah mulai terjadi perkawinan dengan putri putri dari keturunan raja raja cina, dan dalam melaksanakan pemerintahannya raja - raja masih dengan agama hindu tetapi rakyat yang di pimpin telah bercampur antara agama budha dan hindu, tak juga sedikit mereka yang menganut agama lain masa itu,

dan pusat kerajaan melayu di pusatkan di kerajaan MINANGA setelah menguasai KERAJAAN KUNTALA yang tidak lagi mendapat perlindungan kuat dari KEKAISARAN CINA di sebabkan di tanah cina mengalami kelemahan politik di sebabkan perang saudara.

akhirnya KERAJAAN MELAYU dengan ber ibukotakan MINANGA yang tenang atau MINANGA TAMWAN menjadi sebuah kerajaan kuat masa itu, dan sebagai BUKTI menjadi sebuah kerajaan besar, yang di pilih menjadi raja saat itu adalah SRI RAJA JAYANAGA yang memiliki kesaktian luar biasa keturunan dua datuk hebat, temenggung dan perpatih yang menguasai ilmu ALAM TAKAMBANG dan ia berhasil menyatukan wilayah - wilayah terpencil dan jauh, kesaktian dan ke gagahannya tersiar hingga ke negeri cina, dan KASIAR dari negeri CINA masa kaisar WUDI pada dinasti JIN.

Hubungan yang baik dan erat masa itu membuat hubungan perdagangan maju pesat, kaisar WUDI menganugerai seorang puterinya yang beragama budha kepada SRI RAJA JAYA NAGA dan kemudian menjadikannya permaisuri, puteri kaisar wudi ini sangat taat akan ajaran budhanya. dan sang raja tidak ingin menyakiti hati isterinya untuk ikut keyakinannya.

dari hasil pernikahannya inilah kemudian lahir seorang putera yang setelah besar bergelar PU YANG JAYANASA dimana  PU-YANG ber arti orang sakti pilihan dan jaya nasa adalah mengambil nama dari  mengambil nama dari ayahnya, pu yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan mpu hyang, ia juga memiliki kesaktian yang hampir sama dengan ayahnya, ia menguasai ilmu alam, mengerti akan perubahan alam, hewan dan cuaca, sebab ia berbeda aliran agama ayahnya memerintahkan ia mencari daerah baru di sebelah selatan untuk dirinya menjadi raja.

berangkatlah ia menyusuri sungai batang hari bersama 20.000 tentara yang di berikan ayahandanya , dan tiba di pesisir timur pantai sumatera kemudian disitu ia mulai menguasai kerajaan - kerajaan kecil yang sebelumnya tidak mau tunduk kepada KERAJAAN MINANGA, pasukannya terus bergerak hingga tiba di pantai timur palembang sekarang dan mulai menyusuri sungai musi yang besar, dan telah banyak kerajaan kecil yang di taklukannya. ia melihat daerah pantai tidak baik baginya untuk mendirikan kerajaan, maka ia terus bergerak ke mudik untuk mencari lokasi yang terbaik, ia ingat pesan ayahnya antara LALU LINTAS AIR DAN PERTAHANAN harus seimbang, jangan terlalu mengejar per ekonomian dan melupakan pertahanan. untuk itulah ia terus bergerak ke mudik dan menaklukan kerajaan - kerajaan kecil yang di lewatinya. hingga tiba di sebuah tempat yang sangat unik dua buah teluk sempit yang mengapit sebuah pulau dan pulau ini cukup tinggi di bandingkan daratan lainnya, seolah mengapung.

PU YANG JAYANASA kemudian bersorak SI GUNTANG... arahkan kapal ke SI GUNTANG
di BUKITT SIGUNTANG inilah kemudian KERAJAAN SRIWIJAYA di bangun.

Kamis, 22 Oktober 2015

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 2 - MALAYU DALAM TEKANAN

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 2
MALAYU BERTAHAN DALAM TEKANAN


telah di kisahkan pada kisah kisah sebelumnya, dimana pada masa PEMERINTAHAN DINASTI HAN abad 2 masehi di CINA, kekaisaran cina melakukan exsvansi besar besaran di seluruh kawasan asia dan ke arah barat, begitu juga ke kawasan nusantara yang saat itu di kuasai oleh sebuah kerajaan kaya dan damai bernama KANDIS, dengan penyerangan dari cina ini menyebabkan perang saudara antara KANDIS dan KOTO ALANG di daerah SALO / SELO, dimana raja AUR KUNING dari koto ALANG kemudian berpindah menuju LUBUK JAMBI daerah TELUK KUANTAN sekarang,
kemudian pada abad ke 4 generasi ke 3 memindahkan pemerintahan KANDIS ke lubuk jambi dan menukar nama dengan nama MINANGA TAMWAN.


Pada masa itu di abad KE 2 M sebelum masa kejayaan DINASTI HAN menurun, kekasiasaran cina yang ber agama budha melakukan penekanan di kawasan kandis dan sekitarnya, menguasai perdagangan JALUR SUTERA, di saat itu agama budha ikut terbawa kemasyurannya di antara POLITIK DAN PERANG agama kedamaian selalu berusaha muncul sebagai penengah dan pendamai. namun keserakahan manusia tidak dapat di hentikan sampai di sana.

babak selanjutnya di saat kerajaan atau DINASTI MARAPI / DINASTI MALAYU KUNO bertahan dalam keyakinan dan kepercayaannya, mencoba untuk bertahan tanpa harus berperang, menugaskan para datuk dan raja - raja kecilnya untuk membuka daerah baru dan membangun kerajaan - kerajaan melayu baru di bawah kepemimpinan TUMENGGUNG DAN PERPATIH yang di bantu raja - raja lainnya seperti RAJA AUR KUNING, DANG TUANKU, CINDUA MATO, NUN ALAM dan lainnya. yang bertahan di bawah tekanan keagamaan. mereka bertahan dalam ke agungan islam.
bertahan dalam kepungan ekonomi mereka mampu bertahan dengan ke piawaian mereka berdagang dan bersosialisasi, walau demikian mereka memiliki kemampuan perang yang tidak di ragukan, mereka mampu bertahan ibaratnya BUNGLON, dan mereka adalah orang malayu yang gesit di lautan dan memiliki pertahanan kuat di gunung dan daratan yang tidak satupun orang luar bisa mengetahui kelemahannya.

dalam beberapa dekade melayu aman karena kondisi di negeri cina tengah terjadi perebutan kekuasan dan peperangan yang tiada henti.
kita mengenal masa itu sebagai ZAMAN TIGA NEGARA



ZAMAN TIGA NEGARA
Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalambirokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memperburuk situasi Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning atau yang lebih dikenal dengan Pemberontakan Sorban Kuning, yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak dapat menumpas pemberontakan.
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkanDong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Tiongkok dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan memindahkan ibu kota keChang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Juemenyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Tiongkok dan merencanakan ekspansi ke wilayah selatan.
Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao.Zhou Yu dan Cheng Pu memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai pertempuran Chibi.
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun 211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara dan barat Tiongkok.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.

Tiga negara terbentuk[sunting | sunting sumber]

Peta 3 negara pada tahun 262 M.
Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223Liu Chan kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.

Runtuhnya negara Shu Han[sunting | sunting sumber]

Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota Chang An yang dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat pelaksanaan gerakan ofensif terhadap Wei di utara. Setelah wilayah di belakang ( maksudnya daerah di Yun Nan, yang dikuasai suku bar-bar) berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali penyerangan ke utara di bawah pimpinan Zhuge Liang dalam kurun tahun 227 sampai234, mulai dari Tian Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.
Zhuge Liang meninggal pada peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal dengan peperangan Wu Zhang Plains, dimana Zhuge Liang sebenarnya menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat tingginya, namun oleh Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh dari Sima Yi. tahun 234 lalu digantikan oleh Jiang Wei yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan kemenangan yang mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya pemerintahan kepada menteri kesayangannya Huang Hao. Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak percaya kepadanya, malah dituduh berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei kemudian berhasil mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke Chengdu, ibu kota Shu Han. Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu Han resmi runtuh pada tahun 263.

Berdirinya Dinasti Jin[sunting | sunting sumber]

Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin, beribu kota di Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun 251. Tahun 279, penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari kaisar Sun Hao.
Tahun 280, Tiongkok dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420sebelum Tiongkok kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.
( di copy dari wikipedia )
dan perdagangan di jalur sutera kembali bergairah.