PERKEMBANGAN DAN PERIODE SEJARAH MINANGKABAU AWAL HINGGA KINI
1. 100 SM – 400 M, AWAL MULA SEJARAH MINANGKABAU
Periode kedatangan
bangsa bangsa imigran utamanya dari Pesisir Persia Selatan (Gujarat),
India Selatan (Langkapuri), India Barat Laut (Cambay-Malabar), Siam
(Thailand) dan Champa (Kamboja). Hal ini dipicu dengan ditemukannya emas
di Sumatera Tengah dan posisi strategis pantai barat Sumatera dalam
Jalur Emas dan Jalur Sutera.
di tandai dengan kisah SRI MAHARAJA DIRAJA yang memiliki isteri selir dari beberapa daerah di asia, seperti :
a ) isterinya yang bergelar HARIMAU ( dari campa / campo ) nantinya di kenal sebagai SUKU SIKUMBANG. menjadi nenek moyang orang AGAM
Keturunan Sri Maharaja Diraja dengan “Si Harimau Campa” yang bersumur ditumbuhi agam berangkat ke dataran tinggi yang kemudian bernama “Luhak Agam” (luhak = sumur). Disana
mereka membuka tanah-tanah baru. Huma dan teruka-teruka baru dikerjakan
dengan sekuat tenaga. Bandar-bandar untuk mengairi sawah-sawah
dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
( di sebut HARIMAU karena tingkah laku dan perangai dan ilmu silat yang di miliki mirip harimau, ) . orang takut untuk
melawan, bila memukul laksana guruh, cepat kaki bak petir - bila kena
gunung, gunungpun runtuh - kena batu, batupun pecah - pandai menyambut
dengan menangkap, pintar mengipas dan melepas - pandai bersilat serta
berkiat, kalau melompat laksana kilat
b ) isterinya yang bergelar KUCING ( dari siam, khocin sekarang ) Keturunan “Kucing Siam” ke Candung-Lasi dan anak-anak raja beserta keturunannya dari si Anak Raja bermukim tetap di Luhak Tanah Datar.
Lalu mulailah pembangunan semesta membabat hutan belukar, membuka
tanah, mencencang melateh, meneruka, membuat ladang, mendirikan teratak,
membangun dusun, koto dan kampung.
( di sebut KUCING karena perangai dan ilmunya mirip kucing )
Dikaji pula Kucing Siampandai menyuruk
di ilalang sehelai - mengambil tidak kehilangan - sikap seperti Singa
lelap, pandai menipu dengan menelikung, kalau melangkah tidak berdesir,
melompat tidak berbunyi - konon lidahnya tidak berengsel, mulut manis
bak tengguli - kalau menggaruk tidak berbekas, sudah pedih saja baru
ketahuan.
c ) isterinya yang bergelar KAMBING HUTAN ( dari kambay india ) nantinya akan menjadi nenek moyang luhak 50 koto. di sebut demikian karena perangi dan ilmu silat yang di milikinya seperti kambing ) Kalau disebut Kambing Hutan, karena
betanduk di kepala - kencang berlari di dalam rimba, tahu di padang nan
berliku, tahu di tanjung yang berbelit, mengerti di lurah nan berbatu,
paham di akar yang akan melilit - berbenak di empu kaki, beraja di hati,
bersutan di mata, keras hati allahurabbi - kalau masalah berhitung
letak di belakang.
d ) isterinya yang bergelar ANJING MUALIM ( dari cina, sebenarnya bernama An - Jian oleh perubahan waktu dan kebiasaan orang mendengar dan menyebutkan nama An - Jian berubah jadi anjing sementara MUALIM di ambil karena an jian semasa berlayar tugasnya sebagai mualim ( nakhoda kapal ) Begitu pula si Anjing Mualim parewa,
preman yang datang dari Himalaya, mata merah bak saga, gigi tajam
berbisa pula, nafas tahan, larinya kencang. Pandai mengintai di tempat
terang,
pandai bernafas di dalam bencah. Sebelum berhasil pantang menyerah,
pandai menikam jejak tinggal, jejak ditikam mati juga - berhidung tajam
bak sembilu - biar kampung sudah berpagar, dia sudah sampai di dalam.
SRI MAHARAJA DI RAJA selain di temani isteri selir dan permaisurinya juga di temani seorang cateri / kesatria di jaman alexander agung, yang terkenal sangat cerdik dan pandai. bernama CATI BILANG PANDAI Adapun tentang cati bilang pandai : seorang sakti dan cerdik pandai, memiliki ilmu tiada tara, pandai bersilat dan bertutur kata.
2. 400 M – 1000 M, Periode kejayaan
kerajaan-kerajaan India Selatan yang memicu migrasi gelombang kedua.
Imigran kali ini datang dari India Timur seperti Tamil dan sekitarnya.
Pantai barat Sumatera dikuasai kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di
India Timur.
perkembangan agama budha dan hindu
3. 1000 M – 1200 M, Periode
Minangkabau Timur, konsensus dengan Kerajaan Melayu Tua Dharmasraya di
hulu Batang Hari Jambi. Integrasi kebudayaan Melayu Jambi kedalam
Minangkabau Kuno. Disini diprediksi sebagai awal dari Melayunisasi
terhadap bahasa yang dipakai kaum Minangkabau awal yang sebenarnya
adalah para imigran. Inilah cikal bakal Bahasa Minang klasik. Bahasa
Melayu bangkit sebagai Lingua Franca perdagangan di Kepulauan Nusantara.
pada masa ini, kerajaan besar adalah KERAJAAN MALAYA PURA yang beribukotakan di DHARMASRAYA dengan dinastinya MAULI WARMADEWA, sementara di tanah jawa mulai lahir sebuah kerajaan besar bernama SINGHASARI
4. 1200 M – 1400 M, Periode Invasi
Kebudayaan Jawa ditandai dengan Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan
Singasari. Serbuan-serbuan dilanjutkan oleh Majapahit kemudian. Sebagai
akhir dari periode ini adalah berdirinya Kerajaan Pagaruyung dengan
Adityawarman sebagai raja terbesar. Pada masa ini Kerajaan Pagaruyung
Minangkabau menguasai Sumatera Tengah, Pantai Barat Sumatera Tengah dan
Kawasan Hulu sungai-sungai besar yang mengalir ke Selat Malaka.
Adityawarman berbapak bangsawan Singasari dan beribu bangsawan
Dharmasraya. Periode Pagaruyung adalah periode multikulturalisme dengan 3
komponen utama yaitu Penduduk Minangkabau Awal (Imigran dari India
Selatan, Persia, Siam dan Champa), Penduduk Dharmasraya dan Penguasa
keturunan Jawa. Inilah cikal bakal masyarakat Minangkabau Modern. Pada
masa ini Bahasa Minang masih belum resmi digunakan, terbukti dengan
prasasti yang ditulis dalam 2 bahasa, yaitu Bahasa Sansekerta mewakili
Dharmasraya dan Keturunan Jawa Singasari dan Bahasa India Selatan /
Tamil mewakili bahasa yang digunakan para penduduk imigran.
5. 1400 M – 1600 M, Periode Kegelapan
sejarah. Diawali dengan huru-hara antara pendukung Pemerintahan Nagari
dan pihak Kerajaan Pagaruyung yang diakhiri dengan terbunuhnya sebagian
besar pewaris Kerajaan Pagaruyung berdarah Jawa dalam pertempuran
Saruaso. Periode ini juga merupakan awal dimulainya consensus finalisasi
adat (undang-undang) Minangkabau dalam artian dianggap sudah sempurna
dan tidak boleh diubah lagi. Periode ini juga diyakini sebagai awal mula
konsensus penggunaan bahasa lisan dengan pelarangan pemakaian tulisan
dan penghancuran prasasti-prasasti dan dokumen-dokumen lainnya. Tidak
diketahui alasan dari konsensus ini. masa suram di minangkabau dan mulai lahir sebuah kerajaan islam besar di aceh karena mundurnya kerajaan malaya pura, KERAJAAN SAMODERA PASAI memimpin
6. 1600 M – 1800 M, Pantai Barat
Minangkabau dianeksasi oleh Kerajaan Aceh Darussalam. Berkembang
pengajaran Syiah secara meluas. Pada periode ini berkembang Bandar
Pariaman sebagai kota pelabuhan pengekspor emas dari pedalaman
Minangkabau. Seorang petualang Portugis dari Malaka juga sempat memasuki
pedalaman Minangkabau dan menceritakan betapa kayanya penduduk
pedalaman yang hidup bergelimang emas. Laporan ini juga mengabarkan
bahwa teknik pertanian di pedalaman Minangkabau sudah sangat maju untuk
ukuran zaman itu. Ini adalah satu-satunya laporan dari pedalaman
Minangkabau untuk periode ini. Total dalam periode 1400 M – 1800 M,
pedalaman Minangkabau berada dalam kegelapan sejarah.
perkembangan perniagaan di pantai barat sumatera
7. 1800 M – 1900 M, Periode Revolusi
Agama dan awal persentuhan dengan kolonialisme Belanda. Diawali dengan
kepulangan 3 orang haji dari Tanah Hejaz yang sedang bergolak menentang
pemerintahan Turki Usmani. Salah seorang dari ketiga haji ini yang
sempat belajar militer karena menjadi anggota Kavaleri Jatnisar Turki
ini membawa pulang faham Wahabbi ke Minangkabau dengan tujuan melakukan
pembersihan terhadap ajaran Syiah yang saat itu menjadi agama mayoritas
penduduk. Revolusi berdarah ini berujung dengan ikut campurnya Belanda
dalam Perang Paderi yang berakhir tahun 1825. Kaum Adat yang berpusat di
Batipuh dan Tanah Datar terpaksa melibatkan Belanda karena 2 dari 3
wilayah inti Minangkabau yaitu Luhak Agam dan Luhak Limapuluh telah
jatuh kedalam pemerintahan Kerajaan Islam Minangkabau yang berpusat di
Bonjol. Huru-hara pasca Perang Paderi ini berakhir sekitar tahun 1900
ditandai dengan Perang Kamang atau Pemberontakan Belasting.
8. 8 ) 1900 M – 1950 M, Periode
Reformasi Agama ditandai dengan kembalinya Haji Rasul murid Syekh Ahmad
Khatib Al Minangkabawi dari Mekkah. Berkembangnya mazhab Syafii di
Minangkabau dan munculnya kaum intelektual didikan Belanda. Seterusnya
terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan berbasis agama seperti
Muhammadiyah dan partai-partai politik. Periode ini adalah periode yang
sangat dinamis diantaranya diwarnai oleh peristiwa-peristiwa seputar
revolusi dan perang kemerdekaan, termasuk didalamnya Agresi Militer
Belanda dan periode PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia)
9. 1950 M – 1966 M, Periode Kekacauan
Politik, diawali dengan ketegangan pusat dan daerah yang berpusat di
Sumatera Tengah. Mencapai puncaknya pada peristiwa perang saudara PRRI
yang meluluhlantakkan Ranah Minang secara fisik dan penduduknya secara
mental. Antiklimaks periode ini adalah peristiwa G30S/PKI.
10. 1966 M – 1998 M, Orde Baru. Periode
ini diingat sebagai periode pemaksaan kehendak penguasa terutama tentang
penyeragaman sistem pemerintahan terendah di Indonesia dengan
menerapkan sistem pemerintahan desa. Pada periode inilah Nagari sebagai
sendi terpenting kebudayaan Minangkabau dihancurkan dan dikonversi
menjadi kotak-kotak administrasi tanpa arti.
11. 1998 M – Sekarang, Reformasi.
Revitalisasi dan Reinterpretasi kebudayaan menjadi topik yang hangat
dibicarakan. Nagari kembali dihidupkan namun kali ini dengan Trias
Politica sebagai nyawanya. Keterwakilan Anak Nagari dalam Parlemen
Nagari merupakan eksperimen baru yang sedang diujicobakan. Diluar itu
gerakan pemuda dan kaum intelektual kampus yang membawa paham Ikhwanul
Muslimin lewat PKS mulai memberi warna baru dalam masyarakat yang secara
tradisional adalah warga Muhammadiyah. Penerapan perda-perda syariat
dijadikan aksi massal sebagai penterjemahan reformasi ala Minangkabau.
Sementara itu pemuda-pemudanya semakin lupa dan asing dengan akar
sejarahnya.