Sabtu, 01 Maret 2025

SEJARAH SUMATERA DAN SUNDA LAND

 SEJARAH SUMATERA DAN SUNDA LAND 


pernahkah kita membayangkan keadaan pulau sumatera, kalimantan, jawa, semenanjung malaysia bersatu, itulah yang sering kita sebut sebagai SUNDA LAND, sebagian orang menyebut sebagai PAPARAN SUNDA atau TATAR PASUNDAN. 

tak dapat kita bayangkan berapa luasnya tanah sunda land di masa itu, dan tentunya pergerakan mahluk hidup di atasnya sungguh luar biasa.

dan tentunya di masa itu kita berpikir adakah kehidupan dan peradaban pada masa itu? nah, kita semak beberapa informasi di bawah ini :

Bangsa Lemuria dan Sundaland adalah dua teori yang berkaitan dengan keberadaan peradaban kuno yang pernah ada di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Samudra Hindia dan Asia Tenggara. Teori ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli, namun terdapat beberapa bukti geologis yang mendukungnya.

Perspektif geologi tentang Lemuria dan Sundaland didasarkan pada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa wilayah yang sekarang dikenal sebagai Samudra Hindia dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan yang luas pada zaman es terakhir. Hal ini menyebabkan wilayah ini menjadi lebih terbuka dan memungkinkan manusia untuk bermigrasi dan menetap di wilayah ini.

sumber :
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peradaban Indonesia: Lemuria, Sundaland Kreator: ADI PUTRA (Adhyp Glank)

gambar bentuk dari sebuah daratan yang sangat luas yaitu sundaland

dari sedikit  penjelasan di atas dapat kita kembangkan menjadi beberapa penjelasan lainnya seperti :

Berdasarkan perspektif geologi, teori Lemuria dan Sundaland memiliki implikasi penting bagi bangsa Indonesia. Teori ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah yang lebih panjang dari yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, teori ini juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Asia Tenggara.

lalu kenapa bisa terbentuknya daratan sunda land?

Bukti geologis yang mendukung teori Lemuria dan Sundaland adalah pada zaman es terakhir, permukaan air laut lebih rendah 100 hingga 150 meter dari sekarang. Hal ini menyebabkan wilayah yang sekarang dikenal sebagai Samudra Hindia dan Asia Tenggara menjadi satu daratan yang luas




Sundalandia adalah wilayah bio-geografi Asia Tenggara yang meliputi Paparan Sunda, bagian landas kontinen Asia yang terekspos selama Zaman Es terakhir. Periode Glasial Terakhir, dikenal sebagai Zaman Es Terakhir, adalah periode glasial terakhir dalam rangkaian panjang Zaman Es yang terjadi selama tahun-tahun terakhir Pleistosen, dari sekitar 110.000 sampai 12.000 tahun yang lalu. Sundalandia meliputi Semenanjung Malaya di daratan Asia, serta pulau-pulau besar Kalimantan, Jawa dan Sumatera, dan pulau-pulau sekitarnya. Batas timur Sundalandia adalah Garis Wallace, diidentifikasi oleh Alfred Russel Wallace sebagai batas timur kisaran daratan fauna mamalia Asia, dan juga sebagai batas zona ekosistem Indomalaya dan Australasia. Pulau-pulau di sebelah timur garis Wallace dikenal sebagai Wallacea, dan dianggap sebagai bagian dari Australasia. Perlu dicatat bahwa saat ini secara umum telah diterima bahwa Asia Tenggara adalah merupakan titik masuk migrasi manusia modern dari Afrika.
Nama "Sundalandia" pertama kali diusulkan oleh van Bemmelen pada tahun 1949, diikuti oleh Katili (1975), Hamilton (1979) dan Hutchison (1989), untuk menggambarkan sebuah inti benua Asia Tenggara yang membentuk bagian selatan lempeng Eurasia. Sundalandia berbatasan di sebelah barat, selatan dan timur dengan wilayah tektonik aktif yang ditandai dengan kegempaan dan aktivitas gunung berapi yang intensif. Zona tektonik aktif ini secara efektif merupakan sabuk pegunungan dalam proses pembentukannya, dan mengandung banyak fitur yang biasanya dianggap berhubungan dengan akresi pegunungan: terdapat subduksi aktif, transfer material pada batas lempeng, contoh tumbukan dengan fitur apung di lempeng samudera, busur dan benua dan banyaknya magmatisme.
Sabuk pegunungan yang ada sekarang terletak di persimpangan tiga lempeng utama: Lempeng Eurasia, Lempeng India, Lempeng Australia dan Lempeng Laut Pasifik-Filipina. Lempeng=lempeng ini mengelilingi Sundalandia dan membentang dari Sumatera ke Filipina melalui Indonesia timur. Karakteristik dan lebarnya berubah dari barat ke timur dan terdiri dari segmen-segmen yang berbeda atau jahitan-jahitan dengan karakter yang berbeda.

Migrasi Manusia

Menurut teori sebelumnya, nenek moyang masyarakat Austronesia modern di kepulauan Melayu dan wilayah yang berdekatan diyakini telah bermigrasi ke selatan, dari daratan Asia Timur ke Taiwan, dan kemudian ke seluruh kepulauan Asia Tenggara. Namun, temuan terakhir menunjukkan bahwa Sundalandia yang sekarang terendam adalah merupakan awalmula peradabah: disebut sebagai teori "Keluar dari Sundalandia".
Stephen Oppenheimer menempatkan asal Austronesia di Sundalandia dan daerah-daerah diatasnya. Penelitian genetik yang dilaporkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pulau-pulau yang merupakan sisa-sisa Sundalandia kemungkinan besar dihuni sedini 50.000 tahun yang lalu, bertentangan dengan hipotesis sebelumnya (Bellwood dan Dizon, 2005) bahwa daerah tersebut dihuni paling lambat 10.000 tahun yang lalu dari Taiwan.
Sebuah studi oleh Universitas Leeds yang dipublikasikan dalam Molecular Biology and Evolution pada tahun 2008, yang meneliti garis keturunan DNA mitokondria, menunjukkan bahwa manusia telah mendiami pulau-pulau di Asia Tenggara dalam jangka waktu yang lebih lama dari yang diyakini sebelumnya. Penyebaran penduduk tampaknya telah terjadi pada saat yang sama dengan naiknya permukaan laut, yang telah mengakibatkan migrasi dari Kepulauan Filipina ke utara menuju Taiwan dalam 10.000 tahun terakhir. Migrasi penduduk yang paling mungkin adalah karena didorong oleh perubahan iklim – sebagai efek tenggelamnya sebuah benua kuno. Naiknya permukaan laut dalam tiga pulsa besar mungkin telah menyebabkan banjir dan perendaman di Sundalandia, menciptakan Laut Jawa dan Laut Tiongkok Selatan, dan ribuan pulau yang membentuk Indonesia dan Filipina kini. Berubahnya permukaan laut menyebabkan manusia tersebut untuk menjauh dari kediaman pantai dan budaya mereka, dan berpindah ke pedalaman di seluruh Asia Tenggara. Migrasi paksa ini menyebabkan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan hutan dan pegunungan baru, mengembangkan pertanian dan domestikasi, dan menjadi pendahulu manusia masa depan di wilayah ini.
Penelitian dan studi oleh HUGO Pan-Asian SNP Consortium pada tahun 2009, yang dilakukan dalam dan antara populasi yang berbeda di benua Asia, menunjukkan bahwa keturunan genetik sangat berhubungan dengan kelompok-kelompok etnis dan bahasa. Terdapat peningkatan yang jelas dalam keragaman genetik dari utara ke selatan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada satu aliran migrasi utama manusia ke Asia yang berasal dari Asia Tenggara, bukan beberapa aliran dalam dua arah selatan-utara seperti yang diusulkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara merupakan sumber geografi utama populasi Asia Timur dan Asia Utara. Populasi Asia Timur terutama berasal dari Asia Tenggara dengan kontribusi kecil dari kelompok Asia Tengah-Selatan. Penduduk pribumi Taiwan berasal dari Austronesia. Hal ini berlawanan dengan teori bahwa Taiwan merupakan "tanah air" leluhur bagi populasi di seluruh Indo-Pasifik yang berbicara bahasa Austronesia.
 


Pembudidayaan

Penelitian-penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa pembudidayaan beberapa tanaman pertanian dan hewan peliharaan pertama kali dilakukan di Sundalandia dan wilayah-wilayah sekitarnya yang erat kaitannya dengan penyebaran penduduk dari Sundalandia. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut terbatas pada penemuan-penemuan yang ada pada saat ini saja. Di Sundalandia, kedua pembudidayaan tersebut tidak terlepas dari lingkungan air, baik itu sungai maupun laut, yang keduanya bertemu di muara sungai. Dengan demikian dapat diduga bahwa pusat-pusat peradaban awal adalah dimulai dari lingkungan muara sungai, seperti telah dibahas diatas. Namun, muara-muara sungai besar di Sundalandia pada masa Zaman Es Akhir saat ini berada dibawah permukaan laut. Dapat diduga bahwa bukti-bukti pembudidayaan yang paling tua belum dapat ditemukan karena berada di dasar laut dan bukti-bukti yang ada saat ini adalah di daratan yang lebih tinggi sehingga usianya lebih muda. Selain itu, Sundalandia memiliki aktifitas gunung berapi yang tinggi sehingga daratan yang ada saat ini telah tertutup abu volkanik yang sangat tebal, yang menjadi hambatan yang cukup serius untuk menemukan bukti-bukti arkeologinya.

Kelapa

Analisis DNA terhadap lebih dari 1.300 buah kelapa dari seluruh dunia mengungkapkan bahwa kelapa (Cocos nucifera) pada awalnya dibudidayakan di dua lokasi terpisah, yaitu di sekitar Samudera Pasifik dan Hindia (Baudouin et al, 2008; Olsen et al, 2011). Selain itu, genetika kelapa juga tercatat dalam rute perdagangan pra-sejarah dan kolonisasi Amerika. Di sekitar Samudera Pasifik, kelapa pertama kali dibudidayakan di kepulauan Asia Tenggara, yaitu Filipina, Malaysia, Indonesia, dan mungkin juga di daratan Asia. Di sekitar Samudera Hindia, kemungkinan pusat budidayanya adalah pinggiran selatan India, termasuk Srilanka, Maladewa dan Lakadewa. Kelapa dari sekitar Samudera Pasifik diperkenalkan ke sekitar Samudera Hindia beberapa ribu tahun lalu oleh masyarakat penutur Austronesia kuno yang membangun jalur perdagangan yang menghubungkan Asia Tenggara dengan Madagaskar dan pesisir Afrika timur.
Baca juga: Kelapa

Padi

Dalam buku Eden in the East (1998), Stephen Oppenheimer mengklaim bahwa budidaya padi bukan dimulai di Tiongkok tetapi di Semenanjung Malaya, 9.000 tahun lalu. Butiran beras telah ditemukan, yang berusiakan antara 7.000 sampai 5.000 SM, di Semenanjung Malaya. Periode ini adalah beberapa ribu tahun lebih tua dari kedatangan orang-orang Austronesia dari Taiwan yang diduga telah membawa teknologi pertanian ke Asia Tenggara.
Ada empat varietas utama padi: japonica, berbutir pendek yang tumbuh di Jepang, Korea dan Tiongkok timur; indica, berbutir panjang yang umum di India, Pakistan dan sebagian besar Asia Tenggara; aus, tumbuh terutama di Banglades; dan beras wangi, yang meliputi varietas yang lebih eksotis seperti basmati di India dan melati di Thailand. Para ilmuwan terutama memfokuskan pada indica dan japonica karena temuan arkeologi menunjukkan keduanya memiliki sejarah budidaya yang panjang. Para peneliti umumnya sepakat bahwa japonica telah dibudidayakan di Tiongkok selatan atau Asia Tenggara antara 8.200 dan 13.500 tahun lalu. Lokasi yang tepat masih diperdebatkan.
Para ahli masih memperdebatkan asal pembudidayaan indica. Peter Civáň dari University of Manchester, Inggris dan timnya pada 2015, dengan membandingkan DNA dari 1.083 varietas padi modern dengan 446 sampel padi yang diambil dari seluruh Asia Selatan, telah melacak kembali sejarah tanaman tersebut menjadi tiga jenis padi yang berbeda. Japonica, yang disukai di Jepang, ditelusuri kembali dari tengah Lembah Yangtze di Tiongkok Selatan. Tim tersebut telah melacak kembali kelompok indica ke lembah Sungai Brahmaputra yang mengalir dari Himalaya, sementara kelompok aus berasal dari wilayah yang sekarang India dan Banglades.
Namun demikian, penelitian tentang asal pembudidayaan padi masih terus berjalan. Dapat diduga bahwa bukti-bukti budidaya padi yang paling tua belum dapat ditemukan karena berada di dasar laut dan bukti-bukti yang ada saat ini adalah di daratan yang lebih tinggi sehingga usianya lebih muda. Bukti-bukti di daratan juga belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena daerah Sundalandia adalah pada umumnya tertutup oleh abu volkanik yang sangat tebal.n.

Pisang

Pisang (Musa spp) diyakini berasal lebih dari 10.000 tahun yang lalu dan beberapa ilmuwan percaya bahwa pisang adalah buah-buahan yang pertama kali dibudidayakan. Pisang yang ada saat ini jauh lebih baik daripada buah liar asli yang berisi banyak biji yang besar dan keras dan rasanya kurang enak. Dua varietas pisang liar, Musa acuminata dan Musa baalbisiana telah dipersilangkan sehingga menghasilkan pisang tanpa biji seperti yang ada saat ini.
Pisang diperkirakan pertama kali tumbuh di daerah yang mencakup Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina dan Papua. Dari sini, para pedagang dan penjelajah membawanya ke India, Afrika dan Polinesia. Sebuah kitab Buddha, dikenal sebagai Pali Canon, kira-kira pada 600 SM, mencatat pedagang India yang melakukan perjalanan melalui wilayah Melayu telah memakan buah tersebut dan membawa pulang tanaman itu. Pada 327 SM, ketika Alexander Agung dan pasukannya menyerbu India, ia mendapati tanaman pisang di lembah India. Setelah mencicipi buah yang tidak biasa ini untuk pertama kalinya, ia memperkenalkan penemuan baru ini kepada dunia Barat.
Pisang telah menyebar ke Tiongkok pada sekitar 200 M. Menurut sejarawan Tiongkok Yang Fu, pisang hanya pernah tumbuh di wilayah Tiongkok selatan. Pisang di Tiongkok tidak pernah benar-benar populer sampai abad ke-20 karena dianggap sebagai buah yang asing, aneh dan eksotis. Pisang mulai dikembangkan di Afrika sekitar 650 M.
Diperkirakan bahwa pedagang dari Arab, Persia, India dan Indonesia mendistribusikan pisang ke sekitar daerah pesisir Samudera Hindia antara abad ke-5 dan ke-15. Pelaut Portugis mendapatkan pisang di Afrika Barat dan perkebunan pisang didirikan pada abad ke-15 di lepas pantai negaranya, di Kepulauan Kanaria. Antara abad ke-16 dan ke-19, pisang diperdagangkan di Amerika dan perkebunan-perkebunan didirikan di Amerika Latin dan Karibia. Tanaman pisang pertama kali tiba di Australia pada tahun 1800-an.

Tebu

Tebu (Saccharum spp) kemungkinan pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Papua, sekitar 8.000 SM. Namun, teknik ekstraksi dan teknologi pemurniannya lalu dikembangkan oleh orang-orang yang tinggal di India. Setelah pembudidayaan tersebut, kemudian menyebar dengan cepat ke Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Di India, dimana proses penyulingan sari tebu menjadi kristal butiran dikembangkan, sering dikunjungi oleh konvoi kekaisaran (seperti dari Tiongkok) untuk belajar tentang budidaya dan penyulingan tebu. Pada abad ke-5, budidaya tebu dan pengolahannya telah mencapai Persia; dan dari sana pengetahuan tersebut dibawa ke Mediterania oleh ekspansi Arab.
Eksplorasi dan penaklukan oleh Spanyol dan Portugis pada abad ke-15 membawa tebu ke baratdaya Iberia. Henry the Navigator memperkenalkan tebu ke Madeira pada 1425, sementara Spanyol, yang akhirnya dapat menaklukkan Kepulauan Kanaria, memperkenalkan tebu disana. Pada 1493, dalam perjalanan kedua, Christophorus Columbus membawa bibit tebu ke Amerika, khususnya Hispaniola.

Cabai

Penelitian yang ada menunjukkan bahwa cabai (Capsicum spp) dibudidayakan lebih dari 6.000 tahun lalu di Meksiko, di wilayah yang meluas dari Puebla Selatan dan Oaxaca Utara sampai ke Veracruz Tenggara, dan merupakan salah satu tanaman dengan penyerbukan sendiri yang dibudidayakan di Meksiko. Namun, cabai telah disebutkan dalam Siva Purana dan Wamana Purana, di India, yang berusiakan sekitar abad ke-6 sampai ke-8 M (Banerji, 1980). Nama Sansekerta-nya adalah marichi-phalam yang diterapkan untuk Capsicum annuum dan Capsicum frutescens (Nadkarni, 1914). Tanaman dan buahnya secara natural digambarkan dalam ukiran batu di sebuah candi Siwa di Tiruchirapalli, Tamil Nadu (Gupta, 1996). Sebuah ukiran tanaman cabai yang sangat eksplisit ditemukan pada panel dinding reruntuhan di kompleks Candi Prambanan, Jawa Tengah, yang berusiakan seribu tahun lebih.

Jagung

Penelitian yang ada menunjukkan bahwa jagung (Zea mays) dibudidayakan kurang lebih 10.000 tahun lalu oleh orang asli Meksiko. Namun, penyelidikan lapangan telah menemukan jenis jagung yang tidak biasa yang tumbuh di Asia (terutama di suku Sikkim di pedalaman Himalaya dan varietas “berlilin” di Myanmar, seluruh Tiongkok dan Semenanjung Korea), sebagian besar jauh dari daerah pesisir. Karakteristik dan distribusi jagung ini tidak dapat dijelaskan pada masa pasca-Columbus, karena varietas berlilin tidak dikenal di Amerika. Johannessen et al (1998a, 1989a) telah mendokumentasikan secara luas bahwa ukiran jagung – ratusan jumlahnya – terdapat pada dinding candi di Karnataka, India selatan. Seni ini biasanya berasal dari abad ke-11 sampai ke-13 M, tetapi beberapa buah adalah jauh lebih tua. Empat kata Sansekerta untuk jagung telah teridentifikasi, sedangkan Garuda Purana dan Linga Purana di India (abad ke-5 M) telah mencatat tentang jagung. Sebuah keramik yang ditemukan di Zhenghou, Tiongkok yang berusiakan sekitar 2.000 tahun menunjukkan bekas jagung yang tercetak sebelum dibakar. Sebuah ukiran tanaman jagung ditemukan pada panel dinding reruntuhan di kompleks Candi Prambanan, Jawa Tengah, di samping ukiran cabai, yang berusiakan seribu tahun lebih.

Ayam

Hasil analisis DNA purba yang dilakukan oleh Alice A Storey et al pada 2012 terhadap 48 tulang ayam yang berasal dari data arkeologi memberikan petunjuk tentang penyebaran ayam ternak oleh manusia pra-sejarah. Tanda genetis haplogrup E mtDNA menghasilkan petunjuk bahwa ayam terdapat di Eropa pada 1,000 tahun lalu dan di sekitar Pasifik pada 3.000 tahun lalu, yang menunjukkan beberapa dispersal pra-sejarah dari Asia. Kedua jalur penyebaran berkumpul di Amerika dimana ayam diperkenalkan oleh masyarakat Polinesia dan kemudian oleh orang Eropa.
Penelitian yang dilakukan oleh Martin Johnsson di Department of Physics, Chemistry and Biology Linköping University, Swedia pada 2015 menunjukkan bahwa ayam pertama kali dibudidayakan dari bentuk liarnya yang disebut ayam hutan merah (Gallus gallus), suatu spesies ayam yang masih terdapat secara liar di sebagian besar Asia Tenggara, kemungkinan dihibridisasi dengan ayam hutan abu-abu (Gallus sonneratii), yang dilakukan mungkin sekitar 8.000 tahun lalu. Penelitian tersebut menunjukkan kemungkinan adanya beberapa asal daerah yang berbeda di Asia Tenggara dan Selatan, termasuk Tiongkok Selatan dan Utara, Thailand, Myanmar dan India.

Anjing

Penelitian yang dilakukan oleh Mattias Oskarsson di School of Biotechnology, Royal Institute of Technology (KTH), Swedia pada 2012 menggunakan urutan DNA kromosom-Y menunjukkan bahwa anjing di Asia Tenggara di sebelah selatan Sungai Yangtze memiliki keragaman genetis yang tertinggi dan diturunkan dari sejumlah besar keturunan serigala. Ia menekankan bahwa penyebaran anjing pada masa awal adalah erat hubungannya dengan sejarah manusia dengan anjing sebagai bagian budaya mereka. Ia untuk pertama kalinya menyelidiki penyebaran anjing dari Asia Tenggara ke Polinesia dan Australia, dan hasilnya dapat digunakan sebagai bukti untuk menelusuri asal-usul masyarakat Polinesia yang telah sebelumnya terindikasikan dari studi arkeologi dan linguistis.
Peter Savolainen dari KTH-Royal Institute of Technology di Swedia dan Ya-Ping Zhang dari Kunming Institute of Zoology di Tiongkok pada 2015 secara bersamaan menunjukkan bahwa manusia pertama kali menjinakkan anjing di Asia Tenggara 33.000 tahun lalu, dan bahwa sekitar 15.000 tahun lalu subset nenek moyang anjing mulai bermigrasi kearah Timur Tengah dan Afrika. Penyebaran tersebut mungkin terinspirasi oleh sifatnya yang dapat bersahabat dengan manusia, tetapi mungkin juga bahwa mereka melakukan perjalanannya secara mandiri. Salah satu faktor pendorong yang mungkin adalah mencairnya gletser, yang mulai mundur sekitar 19.000 tahun lalu. Tidak sampai 5,000 tahun setelah mereka pertama kali mulai menyebar dari Asia Tenggara, anjing diduga telah mencapai Eropa. Sebelum akhirnya mencapai Amerika, salah satu kelompok di Asia telah berasimilasi dengan anjing yang telah bermigrasi kembali ke Tiongkok Utara.

Babi

Bukti arkeologi yang ada saat ini menunjukkan bahwa babi awalnya dibudidayakan setidaknya di dua tempat, di lembah Mekong dan di Anatolia, wilayah di Turki kini. Studi yang dilakukan pada 2007 terhadap materi genetis dari 323 babi modern dan 221 babi kuno di Eurasia Barat menunjukkan bahwa babi pertama kali datang ke Eropa dari Timur Dekat, tetapi Eropa kemudian menjinakkan babi hutan lokal, yang tampaknya menggantikan babi asli mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Laurent Frantz dari University of Oxford, Inggris dan Martien Groenen dari Wageningen University and Research Centre, Belanda beserta timnya menggunakan analisis komputer canggih terhadap 103 urutan genom keturunan babi hutan dan babi peliharaan dari seluruh Eropa dan Asia, yang diterbitkan dalam Nature Genetics pada 2015, menunjukkan bahwa babi memang berasal dua tempat berbeda tersebut. Tetapi babi Eropa moderen adalah campuran yang berasal dari beberapa populasi babi hutan. Beberapa materi genetis mereka tidak dapat ditemukan pada DNA babi hutan yang dikumpulkan oleh para peneliti tersebut, sehingga mereka berkesimpulan bahwa setidaknya nenek moyang mereka berasal dari salah satu kelompok yang telah punah atau dari kelompok lain di Asia Tenggara/Timur. Anomali ini menunjukkan bahwa babi telah dibawa dari satu tempat ke tempat lainnya, dimana mereka diasimilasikan dengan kelompok tersebut.

Gajah Kalimantan

Asal gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) adalah kontroversial. Dua hipotesis yang bersaing berpendapat bahwa mereka adalah asli dari masa Pleistosen, atau dibawa dari tempat lain. Secara taksonomi, mereka telah diklasifikasikan sebagai subspesies yang unik atau ditempatkan dibawah subspesies India atau Sumatera. Prithiviraj Fernando et al pada 2003 telah melakukan penelitian terhadap DNA mitokondria gajah Kalimantan dan gajah yang terdapat di seluruh Asia. Ia menemukan bahwa gajah Kalimantan secara genetis adalah berbeda, dengan indikasi molekul yang divergen pada kolonisasi masa Pleistosen sekitar 300.000 tahun lalu. Pada waktu kenaikan permukaan laut di Zaman Es terakhir yang memisahkan Pulau Kalimantan dari daratan Asia, gajah di pulau ini menjadi terisolasi dari sepupu mereka di daratan Asia dan Sumatera dan kemudian berkembang menjadi sub-spesies gajah Asia yang berbeda. Gajah Jawa (Elephas maximus sondaicus) yang sekarang telah punah adalah identik dengan gajah Kalimantan.

 

Teori Atlantis di Sundalandia

Beberapa penulis telah secara khusus menyatakan hubungan yang jelas antara Sundalandia dan Atlantis-nya Plato. Dataran bawah laut Sunda adalah cukup cocok dengan deskripsi Plato tentang Atlantis. Topografi, iklim, flora dan faunanya bersama-sama dengan aspek mitologi lokal, semuanya menjadi hal yang meyakinkan untuk mendukung ide ini.
CW Leadbeater (1854-1934), seorang teosopis ternama, adalah mungkin yang pertama menunjukkan adanya hubungan antara Atlantis dan Indonesia dalam bukunya, The Occult History of Java. Peneliti-peneliti lain telah menulis tentang prasejarah daerah tersebut, diantaranya yang paling dikenal adalah mungkin Stephen Oppenheimer yang dengan tegas menempatkan Taman Eden di wilayah ini, meskipun ia hanya menyebut sedikit referensi mengenai Atlantis. Robert Schoch, bekerjasama dengan Robert Aquinas McNally, menulis sebuah buku dimana mereka menunjukkan bahwa bangunan piramida mungkin memiliki asal-usul dari sebuah peradaban yang berkembang di bagian-bagian Sundalandia yang kini terendam.
Buku pertama yang secara khusus mengidentifikasi Sundalandia dengan Atlantis ditulis oleh Zia Abbas. Namun, sebelumnya telah ada setidaknya dua publikasi internet yang membahas secara rinci perihal Atlantis di Asia Tenggara. William Lauritzen dan almarhum Profesor Arysio Nunes dos Santos keduanya mengembangkan situs internet secara luas. Lauritzen juga telah menulis sebuah e-book yang tersedia dalam situsnya, sementara Santos mengembangkan pandangannya tentang Atlantis di Asia melalui bukunya, Atlantis: The lost continent finally found. Dr Sunil Prasannan membuat sebuah esai yang menarik didalam website Graham Hancock. Sebuah situs yang lebih esoteris juga menyampaikan dukungan mengenai teori Sundalandia.
Dukungan lebih lanjut tentang Atlantis di Indonesia terjadi pada April 2015 dengan penerbitan buku, Atlantis: The lost city is in Java Sea oleh seorang pakar hidrologi, Dhani Irwanto, yang berupaya untuk mengidentifikasi fitur kota yang hilang dalam rincian narasi Plato dengan suatu lokasi di Laut Jawa lepas pantai pulau Kalimantan.




Sabtu, 20 Juli 2024

SEJARAH ACEH

 SEJARAH ACEH


Aceh pertama dikenal dengan nama Aceh Darussalam (1511–1945). Provinsi ini dibentuk pada 1956 dengan nama Aceh sebelum diubah menjadi Daerah Istimewa Aceh (1959–2001), Nanggroe Aceh Darussalam (2001–2009), dan kembali ke Aceh sejak 2009. Sebelumnya, nama Aceh biasa ditulis Acheh, Atjeh, dan Achin.

Aceh telah dihuni manusia sejak zaman Mesolitikum. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs Bukit Kerang yang diklaim sebagai peninggalan zaman tersebut di kabupaten Aceh Tamiang. Selain itu, pada Situs Desa Pangkalan juga telah dilakukan ekskavasi serta berhasil ditemukan artefak peninggalan dari zaman Mesolitikum berupa kapak Sumatralith, fragmen gigi manusia, tulang badak, dan beberapa peralatan sederhana lainnya.  

Selain di kabupaten Aceh Tamiang, peninggalan kehidupan prasejarah di Aceh juga ditemukan di dataran tinggi Gayo tepatnya di Ceruk Mendale dan Ceruk Ujung Karang yang terdapat disekitar Danau Laut Tawar. Penemuan situs prasejarah ini mengungkapkan bukti adanya hunian manusia prasejarah yang telah berlangsung di sini pada sekitar 7.400 hingga 5.000 tahun yang lalu

pada masa masa kerajaan sseperti daerah lain di kepulauan Nusantara, Aceh juga pernah mengalami masa berkembangnya agama Hindu dan Buddha yang datang dari daratan benua Asia Selatan (India). Pada masa itu di Aceh telah diwarnai dengan adanya beberapa kerajaan-kerajaan yang berdasarkan agama tersebut misalnya Kerajaan Indra Puri, Kerajaan Indra Patra dan Kerajaan Indra Purwa yang terletak di Aceh Besar yang menganut kepercayaan Hindu dan dipengaruhi oleh India. Selain itu, Aceh juga dahulu termasuk bagian dari kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berjaya di Nusantara ribuan tahun lalu seperti Sriwijaya

berdasarkan Prasasti Tanjore dari Tamil menyebutkan bahwa pada tahun 1030, Kerajaan Lamuri termasuk di antara wilayah yang ditaklukkan oleh Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola

dimana pada masa tersebut kerajaan chola melakukan expansi nya untuk menaklukan sriwijaya secara besar besaran

masa masuk nya islam

Masih terjadi silang pendapat terkait persoalan dari sejak kapan Islam pertama sekali disebarkan ke Aceh. Sebagian berpandangan sudah dimulai dari sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan[15] sebagai khalifah ketiga setelah kerasulan Muhammad SAW.

Terkait Islam yang datang ke Aceh, Snouck Hurgronje dengan teori Gujaratnya menyebut Islam yang datang ke sana bukanlah Islam yang dibawa Muhammad, tetapi Islam yang sudah berkembang matang. Bukan Islam dari Al Quran dan Hadits, melainkan Islam dengan kitab-kitab Fiqh dan dogmanya dari 3 abad kemudian.[16]

Sebagian lagi, ada yang berpandangan bahwa Islam yang datang ke Aceh justru sudah dimulai dari sejak tahun pertama Hijriyah (618 M). Satu pandangan yang menurut penulis buku Tasawuf Aceh merupakan pandangan tidak masuk akal. Alasan yang dikemukakannya adalah pada masa tersebut; ada kevakuman antara wahyu pertama (610 M) dengan wahyu kedua kepada Muhammad selama 2,5 tahun. Ditambah dengan masa berdakwah secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan Muhammad selama 3 tahun. Dengan demikian baru pada tahun ke-7 masa kenabiannya baru dimulai dakwah secara terang-terangan.[17] Tetapi sedikitnya persoalan demikian bisa ditelusuri dari keberadaan kerajaan pertama bercorak Islam di Aceh, Kerajaan Peureulak yang didirikan pada 1 Muharram 225 Hijriyah.

pada masa kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudra Pasai yang runtuh pada akhir abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Dalam sejarahnya yang panjang itu (14961903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

 

masa kesultanan aceh

Aceh Darussalam pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam (Sultan Aceh ke 19), merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah asal Prancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak. Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.

Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya

Pada tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah Prancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.

 

Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873, dimulai dari kedatangan Jenderal J.H.R Kohler dengan jumlah pasukan sebanyak 3.198, termasuk 168 perwira KNIL.[20]

Setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Bahkan, pada hari pertama perang berlangsung, 1 unit kapal perang Belanda, Citadel van Antwerpen harus mengalami 12 tembakan meriam dari pasukan Aceh.[21][22]

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh.[23]

Sultan Muhammad Dawud Syah akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh pada tahun 1904. Saat itu, Ibu kota Aceh telah sepenuhnya direbut Belanda. Namun perlawanan masih terus dilakukan oleh Panglima-panglima di pedalaman dan oleh para Ulama Aceh sampai akhirnya jepang masuk dan menggantikan peran belanda. Perang Aceh adalah perang yang paling banyak merugikan pihak Belanda sepanjang sejarah penjajahan Nusantara

Sementara pada masa kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai mengadakan kerja sama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Aceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia. Saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh oleh gubernur Sumatra pertama, Mr. Teuku Muhammad Hasan).

Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh.

Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh. contoh yang paling terkenal adalah perlawanan yang dipimpin oleh Teungku Abdul Jalil, seorang ulama dari daerah Bayu, dekat Lhokseumawe.

 Aceh yang semula bergabung dengan Indonesia dengan jaminan Soekarno akan menerapkan syariat Islam, merasa kecewa karena syariat Islam tidak dijadikan sebagai landasan negara. Sehingga pada tanggal 13 Muharram 1372 H/21 September 1953 M, Teungku Muhammad Daud Beureu'eh atas nama rakyat Aceh mengumumkan bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang didirikan oleh Kartosoewirjo

 

Sejak tahun 1976, organisasi pembebasan bernama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah berusaha untuk memisahkan Aceh dari Indonesia melalui upaya militer. Pada 15 Agustus 2005, GAM dan pemerintah Indonesia akhirnya menandatangani persetujuan damai sehingga mengakhiri konflik antara kedua pihak yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun.[28]

Pasca gempa dan tsunami 2004, yaitu pada 2005, pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sepakat mengakhiri konflik di Aceh. Perjanjian ini ditandatangani di Finlandia, dengan peran besar daripada mantan petinggi Finlandia, Martti Ahtisaari

Provinsi Aceh terdiri dari 18 kabupaten, 5 kota, 290 kecamatan, dan 6.497 gampong. Pada tahun 2019, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.371.532 jiwa dengan total luas wilayah 57.956,00 km²

Aceh memiliki 12 suku bangsa asli. Yang terbesar adalah suku Aceh yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah Aceh terutama mendiami wilayah pesisir mulai dari Langsa di pesisir timur utara sampai dengan Trumon di pesisir barat selatan. Suku terbesar kedua adalah suku Gayo yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Gayo. Suku bangsa lainnya adalah suku Alas yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara, Melayu Tamiang di Aceh Tamiang, suku Aneuk Jamee di wilayah barat dan selatan, Suku Kluet di Aceh Selatan, dan suku Singkil di Kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil.

Di wilayah kepulauan terdapat suku Devayan di Pulau Simeulue bagian selatan, suku Sigulai di utara Simeulue, suku Lekon di Alafan dan suku Haloban di Pulau Banyak.

Selain suku-suku asli, juga ditemui suku-suku pendatang seperti Jawa, Minang, Batak, Arab, Tionghoa, Tamil, Karo, dan Nias.

Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil etnis suku-suku aceh sebagai berikut: Aceh, Gayo, Melayu, Batak, Jawa, Jamèë, Singkil, Devayan, Minangkabau, dan lain-lain[47] Namun sensus tahun 2000 ini dilakukan ketika Aceh dalam masa konflik sehingga tidak ada data yang pasti/akurat pada masa itu untuk mengetahui populasi per etnis masing-masing & persentasenya. Cakupannya hanya menjangkau kurang dari setengah populasi Aceh saat itu. Adapun urutan suku bangsa diatas hanya (perkiraan). Masalah paling serius dalam pencacahan ditemui di kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara, dan tidak ada data sama sekali yang dikumpulkan dari kabupaten Pidie. Ketiga kabupaten ini merupakan kabupaten dengan mayoritas etnis Aceh.

 

Bahasa daerah yang paling banyak penuturnya adalah bahasa Aceh yang dipakai oleh suku Aceh. Selain itu juga terdapat bahasa Gayo, Alas, Kluet, Singkil, Jamee dan Melayu Tamiang.

Di Simeulue terdapat 3 bahasa yaitu bahasa Devayan, Sigulai, dan Leukon. Selain itu juga terdapat bahasa Haloban di Pulau Banyak.

Beberapa bahasa daerah dari bagian Indonesia lainnya juga dipertuturkan oleh sebagian penduduk di Provinsi Aceh. Di antaranya, yaitu bahasa Jawa yang tersebar di berbagai wilayah transmigrasi di seluruh Aceh.

 

Mayoritas penduduk Aceh menganut agama Islam dan Syariat Islam menjadi hukum positif di daerah istimewa Aceh. Agama lain yang dianut oleh penduduk Aceh adalah agama Kristen yang dianut oleh pendatang beretnis Batak, warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan beretnis Hakka mayoritas menganut agama Buddha, sebagian memeluk Kristen, sedangkan sebagian lainnya menganut agama Konghucu, lalu ada agama Hindu yang dianut oleh pendatang beretnis Bali dan sebagian peranakan (Orang Keturunan India-Tamil/Hindi) yang cukup sedikit populasinya

Sabtu, 18 Mei 2024

PERADABAN AWAL TANAH SUMATERA

 PERADABAN TANAH SUMATERA BERMULA DARI SINI

Pangea atau Pangaea disebut juga Pangeae adalah Superbenua yang ada selama era akhir Paleozoikum dan awal Mesozoikum, terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu dan mulai retak sekitar 200 juta tahun yang lalu, sebelum komponen benua dipisahkan menjadi konfigurasi mereka saat ini. Berbeda dengan saat ini dan sebaran massa benuanya, sebagian besar Pangea berada di belahan bumi selatan dan dikelilingi oleh superlautan, Panthalassa.

Pangea adalah superbenua terbaru yang pernah ada dan yang pertama kali direkonstruksi oleh ahli geologi.

 

 

daratan yang luas dan terkumpul menjadi sebuah pangea besar, kemudian retak dan menyebar

Nama Pangea berasal dari Yunani Kuno, (πᾶν) pan "seluruh" dan Gaia (Γαῖα) yang berarti "bumi".Nama itu diciptakan pada simposium 1927 dibahas Alfred Wegener tentang teori pergeseran benua. Dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane), pertama kali diterbitkan pada tahun 1915, ia menduga bahwa semua benua pada satu waktu pernah membentuk super benua tunggal yang ia sebut "Urkontinent", sebelum kemudian pecah dan hanyut ke lokasi mereka saat ini.

 

Anak benua India atau subbenua India adalah wilayah fisiografis di Asia Selatan, yang terletak di Lempeng India dan menjorok ke selatan menuju Samudra Hindia dari Pegunungan Himalaya. Secara geologis, anak benua India terkait dengan daratan yang terpecah dari superbenua Gondwana selama Periode Kapur dan bergabung dengan daratan Eurasia pada hampir 55 juta tahun yang lalu.

Secara geografis, ini adalah wilayah semenanjung di Asia Tengah-Selatan, dibatasi oleh Himalaya di utara, Hindu Kush di barat, dan Etnis Rakhine di timur. Secara geopolitik, anak benua India umumnya mencakup seluruh atau sebagian Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka, serta Maladewa.Istilah "anak benua India" dan Asia Selatan kadang-kadang digunakan secara bergantian untuk menunjukkan wilayah tersebut, meskipun istilah Asia Selatan biasanya juga mencakup Afganistan.

benua besar atau gondwana akhirnya terpisah, menyebabkan pergeseran yang sangat dahsyat, ada yang mengangkat daratan ada dari pergerakan itu menenggelamkan daratan

pergerakan benua india ini kemudian mempengaruhi sisi bagian selatan benua EURASIA yaitu kawasan pulau sumatera saat ini. dimana daratan asal bertahan dari pergerakan kulit bumi dan kulit bumi yang lemah disisi barat kemudian terangkat ke atas, juga menyebabkan beberapa pulau atau daratan yang terbentuk sebelumnya yang merupakan kawasa gunung api emas akhirnya di dorong dan menabrak pulau asal sumatera, 

dengan kejadian tersebut mulai terbentuk pulau sumatera yang saat ini kita kenal, walau saat itu masih merupakan proses pembentukan pulau


jadi dalam kejadiaan seperti yang kita lihat pada gambar, saat benua india berada disisi barat sumatera, pada masa ini terjadi perpaduan kehidupan manusia, satwa dan fauna diantara keduanya

selain itu pulau sumatera yang sebelumnya merupakan bagian dari SUNDA LAND juga merupakan kesatuan dengan benua asia, sehingga percampuran dan keanekaragaman bio dan culture sangat kental di pulau sumatera


 

 

 

 


 

Rabu, 25 Januari 2023

PANDUAN TOUR GUIDE PEMULA

 PANDUAN TOUR GUIDE SUMATERA BARAT


sebagai seorang tour guide / pemandu wisata tentunya kita perlu menguasai teknik dan keilmuannya untuk memudahkan kita saat bekerja sebagai pemandu wisata.

pada sesi ini, saya ingin berbagi kepada teman teman pemula yang berprofesi sebagai pemandu wisata di wilayah sumatera barat.

ok kita mulai dari teknik memandu dan hal hal apa saja yang perlu di persiapkan :

- penampilan, ini perlu sekali di perhatikan agar saat memandu wisata kita memiliki kesan terbaik baik dari pakaian dan penampilan kita. disini wisatawan merasa mereka di hormati dan di hargai dari penampilan kita

- bahasa, sebaiknya kita menggunakan bahasa yang di fahami oleh wisatawan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, apa yang kita sampaikan sampai dan di fahami.

- program tour / wisata / jadwal perjalanan, sebaiknya pemandu wisata memiliki program wisatanya sehingga perjalanan lebih ter arah dan terjadwal

- nomer kontak relasi, ini sangat penting sekali sebagai seorang pemandu memiliki nomer kontak / telp / wa rekan kerja ataupun nomer tlp restaurant, polisi, rumah sakit, basarnas, ambulance, petugas airport

- pengenalan lingkungan, selanjutnya pemandu wisata memahami akan daerah daerah yang di lalui dan mengenali objek wisata yang ada agar mampu menjelaskan secara lengkap setiap objek wisata yang di lalui.




 

 

 

1. Bahasa Minang

2. Sejarah Sri maharaja Diraja
3. Kerajaan kandis
4. Kerajaan pasymayam koto batu
5.  Kerajaan pariangan
6. Kerajaan bukit batu patah
7. Kerajaan koto alang
8. Kerajaan kancil putih dan pinang masak
9. Penyerangan kanton / kuantung
9. Kerajaan bungo setangkai 
10. Kerajaan dusun tuo
11. Kerajaan muaro jambi
12. Kerajaan Kurinci
13. Kerajaan Indera pura
14. Kerajaan saruaso
14. Kerajaan minanga tamwan
15. Kerajaan sriwijaya
16. Kerajaan darmasraya
17. Kerajaan mataram kuno
18. Kerajaan dinasti sanjaya
19. Dinasti saylendra
20. Tumapel 
21. Kerajaan singasari 
22. Pamalayu 1
23. Penyerangan mongol
24. Kerajaan majapahit
25. Gajah mada
26. Terbunuhnya Jaya nagara ( raja majapahit ke 2 )
27. Adityawarman / arya damar
28. Sumpah palapa 
29. Penaklukan Bali
30. Kerajaan Malayapura
31. Pamalayu 2
32. Kerajaan kuntala / kantoli
33. 

Kamis, 19 Maret 2020

PRASASTI - PRASASTI KERAJAAN

PRASASTI - PRASASTI KERAJAAN

1. PRASASTI MULAWARMAN AWAL ABAD 5M
Prasasti Mulawarman ditemukan di hilir sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur yang disepakati para alhi sejarah bahwa prasasti Mulawarman tersebut telah ada sejak abad ke lima masehi. Hal tersebut dikarenakan jenis huruf yang digunakan pada prasasti Mulawarman sama dengan jenis huruf yang digunakan di India pada abad ke empat masehi. Jenis huruf yang digunakan yakni huruf kuno palawa. Terdapat 7 yupa yang ditemukan sebagai bentuk memperingati jasa-jasa raja Mulawarman terhadap kaum Brahmana, namun dari 7 yupa yang ditemukan tersebut, masih baru 4 yang dapat diterjemahkan. Hal tersebut dikarenakan 3 dari 7 yupa yang ditemukan memiliki kondisi yang aus sehingga aksara yang dipahat tidak dapat terbaca.


350-400 M: Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur menjadi kerajaan Hindu pertama di Indonesia, berdasarkan bukti prasasti Yupa. Prasasti ini merupakan peninggalan tertulis yang paling awal diketahui di Indonesia.  

450-669 M: Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat. Kerajaan ini dibuktikan dengan berbagai prasasti batu di Banten, Jakarta dan Jawa Barat. Di antaranya prasasti Tugu yang mencantumkan nama Raja Purnavarman.

664 M: Kerajaan Holing (Kalingga), terletak di pantai utara Jawa Tengah, sesuai dengan catatan sumber Cina dari dinasti Tang yang ditulis oleh I-tsing

683 M: Dapunta Hyang Sri Jayanasa mendirikan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Kerajaan ini meninggalkan berbagai prasasti seperti prasasti Telaga Batu, prasasti Talang Tuwo dan Prasasti Kedukan Bukit. Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang berkuasa di wilayah laut di sekitar selat Malaka dan Selat Sunda.

686 M: Sriwijaya meluncurkan invasi laut terhadap pulau Jawa, yang disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur. Serangan ini berkontribusi pada akhir kerajaan Tarumanagara.

700 M: Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Batang, Jawa Tengah, menyebutkan tentang Dapunta Selendra, pendiri dan leluhur Dinasti Sailendra yang memerintah di Kerajaan Mataram Kuno.

732 M: Dinasti Sanjaya didirikan sekitar waktu ini sesuai dengan prasasti Canggal. Dinasti ini bersama Dinasti Sailendra menjadi dua kekuatan besar di Kerajaan Mataram Kuno.

832 M: Candi Borobudur selesai pada masa pemerintahan Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno

856 M: Candi Prambanan selesai pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Kuno

929 M: Mpu Sindok memindahkan pusat kekuasaan Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur

1006 M: Terjadi pralaya atau kekacauan setelah Raja Mataram terakhir, Dharmawangsa, tewas di tangan Raja Wurawari yang dibantu oleh Sriwijaya

1019 M: Keponakan Dharmawangsa, Airlangga, menyatukan kembali tanah Jawa dan mendirikan kerajaan Kahuripan. Airlangga kemudian membagi kerajaan ini menjadi kerajaan Jenggala dan Kediri  

1030 M: Kerajaan Sunda di Jawa Barat disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak

1115 M: Kediri dan Janggala bersatu kembali

1222 M: Kerajaan Singhasari di bawah Ken Arok mengalahkan Kediri dan menjadi kekuatan utama di Jawa Timur

1275 M: Raja Kertanegara dari Singhasari mengirimkan ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Kerajaan Melayu Dharmasraya di Sumatera

1292 M: Raja Kertanegara tewas ditangan Jayakatwang dan mengakhiri kerajaan Kediri

1293 M: Raden Wiajaya, menantu Kertanegara, mendirikan Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu terbesar di Indonesia

1334 M: Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengucapkan Sumpah Palapa

1405 M: Perang Paregreg, perang saudara di Majapahit memulai keruntuhan kerajaan ini


Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/11041594#readmore

Senin, 21 Januari 2019

NUSANTARA DALAM KITAB NEGARA KERTAGAMA

NUSANTARA DALAM KITAB NEGARA KERTAGAMA

KITAB NAGARAKERTAGAMA MENJELASKAN TENTANG ATLANTIS DAN SURGA DI TIMUR



Naskah asli ditulis oleh Kang Ejang Hadian Ridwan & diedit kembali oleh NHD

Naskah Nagarakertagama pupuh ke 15 bait 2:
“kunan  tekan  nusa madura tatan ilwi parapuri, ri denyan tungal mwan yawadarani rakwaikana danu, samudra nangun bhumi kta ça ka kalanya karnö, teweknyan dadyapantara sasiki tatwanya tan adoh.”

Terjemahannya:
“Tentang Pulau Madura, tidak dipandang negara asing, Karena sejak dahulu dengan Jawa menjadi satu, Konon tahun Saka lautan menantang bumi, itu saat, Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh.”

Bait Nagarakertagama tersebut mengungkapkan perkiraan data geologi tentang adanya informasi perubahan geografis dan geologis antara pulau Jawa dan Madura akibat perubahan ketinggian air laut, dan mengapa pula dilihat sepintas  dari judul yang diberikan seolah-olah bahwa informasi dari pernyataan teks Nagarakertagama ini mendukung buku Atlantis The Lost Continent Finally Found karya Prof. Arsyio Santos dan  Eden In The East karya Prof. Stephen Oppenheimer.

Buku  Atlantis dan Eden In The East memberikan gambaran jelas tentang mitos Surga di Timur, Surga Atlantis (Atlantis Lamuria sama dengan Eden, merupakan kata lain dari Atlantis itu sendiri) dan tentang Surga di Timur ini pertama kali disampaikan oleh Plato. Plato dalam bahasa Yunani: Πλάτων, lahir sekitar 427 – 347 SM adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, yang salah satu anak didiknya yaitu Socrates, dengan memberikan gambaran atau petunjuk bahwa telah terjadi suatu masa peradaban tinggi di muka bumi ini, yang ditandai dengan adanya kekaisaran agung (Atlantis) yang mendunia.

Masa itu hilang karena adanya perubahan muka bumi. Plato menjelaskan ciri-ciri dengan rinci mulai dari keadaan alam, flora dan faunanya serta ciri geografis dominan dari Surga Atlantis tersebut, dengan kuil-kuil atau istananya terbentuk dari emas. Berdasarkan apa yang disampaikan Plato inilah maka dimulai pula penelusuran dan pencarian jejak tentang mitos surga Atlantis tersebut. Para petualang meneyebar ke seantero jagat dengan misi dasar menemukan mitos tentang Surga di Timur tersebut. Salah satu efek tidak langsung adalah munculnya bangsa-bangsa barat yang menjajah di Indonesia dan negara-negara
lainya, misalnya penjajahan oleh Portugis, Inggris dan Belanda.

Berdasarkan data-data dari kedua buku tersebut, bisa diasumsikan bahwa permukaan daratan daerah laut Jawa (laut diantara Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera) menurun drastis hingga kisaran 150-200 meter (silakan baca tentang cara mengukur kedalaman laut), kasarannya bila dikuras habis sampai kedalaman tersebut, maka akan didapati dataran seluas kira-kira 400 x 600 km persegi bahkan lebih, dan ini memang daratan maha luas, hampir 3 kali luas Pulau Jawa sekarang.

Tentang kedalaman laut Jawa silakan baca di laporan Bakosurtanal, atau hasil pengamatan citra satelit laut Jawa yang menunjukan sebagian besar laut Jawa kedalamannya pada kisaran tersebut, yaitu 150-200 meter, walaupun memang ada juga palung-palung dalam yang merupakan hasil pertemuan lempeng- lempeng benua dengan kedalaman ribuan meter. Terdapat 4 (empat) sungai purba di daratan itu dan dipermukaan dasar laut Jawa, yang diambil sebagai bukti referensi ilmiah tentang salah satu ciri Atlantis yang disampaikan Plato, dan itulah dalam berbagai mitos keagamaan disebut sungai-sungai Surga dan Surga “Atlantis” yang dimaksud, keempat sungai itu bersumber dari Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Tidak mengherankan bila banyak peninggalan megalit yang terdapat disekitar Gunung Dempo, Bukit Barisan dimana arca-arca megalit mengarahkan mukanya menghadap ke Gunung Dempo.

Penandaan tahun yang terdapat dalam pupuh 15 bait 2 naskah Nagarakertagama dari hasil terjemahan teks aslinya berbahasa Kawi yaitu “Samudra Nanguɳ Bhumi” oleh Prof. Dr. Raden Benedictus Slamet Muljana diterjemahkan menjadi “tahun Saka lautan menantang bumi” yang kemudian oleh Theodor Pigeaud diindentifikasi sebagai saka 124 = 202 A.D. (Masehi), dimana peristiwa rob laut ini (mungkin) terjadi di tahun tersebut.

Ahli geologi Indonesia, Awang Harun Satyana dalam kajiannya berjudul “Krakatau Purba 535 AD : a Super Colossal Eruption”, menyatakan bahwa pada hari Senin 7 Agustus 1883 pukul 10.00 WIB adalah saat terakhir penduduk di sekitar Selat Sunda melihat Matahari tengah naik ke puncaknya. Setengah jam kemudian, mereka meregang nyawa diseret gelombang laut setinggi sampai 40 meter… !! Jumlah seluruhnya 36.417 orang berasal dari 295 kampung di kawasan pantai Banten dan Lampung. Keesokan harinya dan keesokan harinya lagi, penduduk sejauh sampai Jakarta dan Lampung tak melihat lagi Matahari – gelap gulita. Apa yang terjadi di hari yang seperti kiamat itu adalah letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Suara letusannya terdengar sampai sejauh 4600 km dan di dengar di kawasan seluas 1/8 permukaan bumi.  University of North Dakota Volcanic Explosivity Index (VEI) mencantumkan dua gunung api di seluruh dunia yang letusannya paling hebat dalam sejarah modern: Krakatau 1883 (VEI : 6) dan Tambora 1815 (VEI : 7), dua-duanya ada di Indonesia dan sangat dekat dengan kita.

Tetapi, banyak dokumen menunjukkan bahwa Krakatau 1883 bukanlah satu-satunya letusan paling dahsyatnya. Sebelumnya, masih di Krakatau juga, ada letusannya yang (kelihatannya) jauh lebih dahsyat lagi daripada letusan 1883, yang terjadi pada masa kerajaan-kerajaan penganut agama Hindu pertama di Indonesia sekitar tahun 400-an atau 500-an Masehi sebagaimana diungkapkan oleh B.G. Escher (1919, 1948) yang berdasarkan penyelidikannya dan penyelidikan Verbeek (1885) – dua-duanya adalah ahli geologi Belanda yang lama bekerja di Indonesia yang menyusun sejarah letusan Krakatau sejak zaman prasejarah  hingga modern. Saat ini, di Selat Sunda ada Gunung Anak Krakatau (lahir Desember 1927, 44 tahun setelah letusan Krakatau 1883 terjadi), yang dikelilingi tiga pulau : Sertung (Verlaten Eiland, Escher 1919), Rakata Kecil (Lang Eiland, Escher, 1919) dan Rakata. Berdasarkan penelitian geologi, ketiga pulau ini adalah
tepi-tepi kawah atau kaldera hasil letusan Gunung Krakatau Purba. 

B.G. Escher berkisah, dulu ada sebuah gunung api besar di tengah daratan yang kini dikenal Selat Sunda, kita namakan saja Krakatau Purba yang disusun oleh batuan andesitik. Lalu, gunung api ini meletus hebat membuat kawah yang besar di Selat Sunda yang tepi-tepinya menjadi pulau Sertung, Rakata Kecil dan Rakata. Lalu sebuah kerucut gunung api tumbuh berasal dari pinggir kawah dari pulau Rakata, sebutsaja gunung api Rakata, terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul di tengah kawah, bernama Gunung Api Danan dan Gunung Api Perbuwatan. Kedua gunung api ini kemudian menyatu dengan Gunung Api Rakata disebut Gunung Krakatau. Tahun 1680, Gunung Krakatau meletus menghasilkan  lava andesitik asam. Dan kembali meletus 20 Mei 1883, setelah 200 tahun tertidur. Gunung api Danan dan Perbuwatan hilang karena erupsi dan runtuh, dan setengah kerucut gunung api Rakata hilang karena runtuh, membuat cekungan kaldera selebar 7 km sedalam 250 meter. Desember 1927, Anak Krakatau muncul di tengah-tengah kaldera tersebut. Jejak-jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang vulkanik Krakatau ditemukan pada contoh-contoh batuan inti (core) di lapisan es Antartika dan Greenland, ditenggarai berasal dari tahun 535-540 SM.

Letusan Krakatau Purba begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di dunia. Kota-kota super dunia segera berakhir, abad kejayaan Persia purba berakhir, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium terjadi, peradaban South Arabian selesai, berakhirnya rival Katolik terbesar (Arian Christianity), runtuhnya peradaban-peradaban “purba” ke dunia baru –berakhirnya negara metropolis Teotihuacan, punahnya kota besar Maya Tikal, dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Dikatakan David Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang maha besar, yang sangat mengurangi cahaya dan panas matahari selama 18 bulan, menyebabkan iklim global mendingin, pendapat ini disetujui K. Wohletz, seorang ahli volkanologi di Los Alamos National Laboratory. 

Naskah Nagarakertagama memberikan petunjuk tentang adanya peristiwa geologi dimasa abad awal masehi. Buku Atlantis dan Buku Eden menyebutkan awalan memakai dasar pemberitaan “Pustaka Raja Purwa” dan teori “A Super Colossal Eruption” dari gunung Krakatau untuk dibuat terori dasar tentang Atlantis yang tenggelam pada era akhir jaman es mencair 11.600 SM, padahal jelas-jelas Pustaka Raja Purwa juga mengatakan tahun 416 M terjadi peristiwa vulkanik letusan Gunung Krakatau. Demikian terbukti bahwa Gunung Krakatau Purba hingga Gunung Krakatau yang hidup dan peristiwa tahun 1883 memberikan kesaksian nyata bahwa Gunung Krakatau adalah sumber malapetaka, mega bencana.

Tafsiran tahun dari teks naskah nagarakertagama memang kalau dibandingkan dengan bahasan peristiwa geologi terkini untuk awal abad ke-6 tidaklah sesuai, ini bisa dimaklumi karena dalam teks itu sendiri dijelaskan bahwa berita tersebut “konon”. Tapi istilah tafsiran yang menyatakan “Lautan Menantang Bumi” ini bisa
dirasionalkan bahwa dengan terjadinya ledakan Krakatau mengakibatkan perubahan geografis Nusantara dengan turunnya sebagian daratan terhadap permukaan air laut, wajar kalau pun hitungan tahun saka 124 atau 202 M dari teks nasakah Nagarakertagama menurut metoda candra sengkala itu diabaikan. Deviasi atau penyimpangan seperti ini bisa dilihat juga dengan data yang diberikan Pustaka Raja Purwa yang mengatakan peristiwa itu terjadi tahun 416 M. Atau kalau seandainya boleh lepas dari aturan candra sengkala dikarenakan kesulitan untuk membalikan pernyataan “Lautan Menantang Bumi”, dengan kaidah pembacaan diabaikan itu tentunya akan lebih mendekati, yaitu asumsi kisaran tahun saka 421 atau 499 M, tentunya lebih sejalan dan mendekati dengan waktu kejadian yang diperkirakan tersebut.

Hipotesa tentang “A Super Colossal Eruption” dari Krakatau pada kisaran tahun  535-540 M dan ditambah dengan peristiwa vulkanik tahun 1883 menurut ahli geologi Indonesia, Awang Satyana, hipotesa ini bisa jadi penyebab hilangnya peradaban awal abad masehi di nusantara tercinta ini termasuk catatan-catatan dan bukti-bukti sejarah didalamnya. Catatan sejarah yang menjadi penyelamat tentang sejarah sebelumnya adalah bukti prasasti Ciaruteun yang dibuat tahun 536 M, dan perlu diperhatikan bahwa tahun tersebut adalah satu tahun setelah hipotesa kejadian “a Super Colossal Eruption” dari Krakatau 535 M, dengan catatan jika hal itu benar.

Tentunya akan terjadi eksodus besar-besaran masyarakat dari wilayah tatar Sunda (Sundaland), efek traumatis secara psikologis untuk menjauh dari sumber bencana besar yang telah terjadi, arah yang mungkinkan adalah kearah pulau Jawa bagian Timur, hal ini mungkin bisa dilogikakan terus dengan bukti kemunculan kerajaan baru di Jepara, Jawa tengah yaitu Kalingga kisaran abad 6 atau 7 M sesuai dengan catatan sejarah, salah satu yang terkenal sebagai peminpin pemerintahanya yaitu munculnya tokoh legendaris Ratu Shima, bercerita keadilan dalam kehidupan bernegara yang sungguh mengagumkan. Alasan ungkapan ketatanegaraan yang mengagumkan oleh karena seusai bencana biasanya terjadi kepanikan setiap masyarakat untuk mempertahankan hidup, sehingga akan timbul prilaku kriminal, penjarahan, kompliksosial dan lain sebagainya, untuk itu diperlukan hukum yang pasti, disertai ketegasan mutlak, dan ini dibuktikan dengan catatan peristiwa dipotongnya tangan anak Ratu Sima yang melanggar ketentuan perundangan yang sudah diberlakukan tentang pencurian atau mengambil hak orang lain. Didaerah Jawa Bagian tengah dan timur sendiri catatan sejarah dimulai abad ke-7 dengan diawali oleh Kerajaan Kalingga tersebut, sedangkan di Tatar Sunda catatan sejarah dimulai setelah abad ke-7 juga, didasarkan keterangan terhadap bukti fisik yaitu prasasti. Tentang catatan prasasti tertua di Nusantara diantaranya:

1.   Prasati Kawi, tertanda tahun 584 M yang dikirim Raffles ke  Bengala di tahun 1813,”for the Earl of Minto. Memorial stone praising the kingdom of  Srivijaya, describing the veneration of statues and religious attitudes.”Raffles, 2, p. cxxvii-viii. Yang aneh mengapa prasasti ini ditemukan di dekat kota Surabaya? Prasasti ini merupakan tanda memperingati keagungan Kerajaan Sriwijaya, artinya Kerajaan Sriwijaya sudah lama berkembang dan bisa dikatakan semasa dengan kerajaan tua lainya di Nusantara seperti halnya Tarumanagara dan Kutai.

2.    Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan nomor D.145.

3.    Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari jaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 olehKontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti ini tidak berangka tahun, namun teridentifikasi menggunakan aksara Pallawa dan bahasanya Melayu Kuno. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

Berbagai catatan, sumber berita dari Arab tentang Nusantara dimulai abad ke-9 oleh Ibn Khurdadhbih kisah kisaran 850 M, kisah dari Abu Zaid kisaran 916 M dan kisah dari Mas’udi kisaran 956 M. Catatan lainya mengenai Kerajaan Kalingga, dapat dilihat dari prasasti Canggal, atau disebut juga prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya dan prasasti Tukmas. Kalingga disebut Ho-Ling dalam berita catatan China pada masa dinasti Tang (618 M – 906 M), dan catatan I-Tsing kisaran berita tahun 664-665 M.

Hal yang mungkin bisa dijadikan diperbadingkan pula sebagai catatan sejarah tentang kisah legenda burung Ababil pada ummat Islam, terutama masyarakat Arab yang tinggal tak jauh dari Baitullah Ka’bah Al Mukarramah. Burung Ababil merupakan cerita dahsyat yang selama ini menghiasi keberadaan Ka’bah dimana pada masa lalu sebelum Rasulullah Muhammad SAW terlahir maka Ka’bah  mendapat ancaman dari Raja Abrahah yang ingin menghancurkan Ka’bah. Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW tercatat 571 M atau berselisih 36 tahun dengan hipotesa “A Super Colossal Eruption” Gunung Krakatau 535 M dan tahun disaat kelahiran Rasullullah SAW yang disebut Tahun Gajah.

Peristiwa geologi yang termasuk katagori terdasyat seperti “A Super Colossal
Eruption” Krakatau, tentunya selain melenyapkan peradaban ditempat sekitar lokasi peristiwa juga akan sangat mungkin melenyapkan catatan-catatan dan bukti-bukti sejarah fisik sebagai bukti primer sejarah masa lampau, mengingat konon katanya ketebalan lapisan timbunan abu vulkanik dan material lainnya bisa mencapai 80 meter! Begitupula dengan megalitik bangunan, arca, prasasti yang  sebagian besar rusak, meleleh kemungkinan dari akibat perubahan suhu tinggi ekstrim dari letusan gunung-gunung.

Mari perhatikan nama-nama gelaran raja-raja sesudah abad ke-6 masehi yang beredar di tatar Sunda seperti Suryawarman, Candrawarman, dan raja-raja lainya yang sebagiannya terdapat kata lingga, seperti Lingga Buana. Candra artinya bulan, surya artinya matahari dan lingga mempunyai arti sumbat,  nama-nama ini bisa jadi personifikasi dengan kejadian alam sebelumnya, lingga buana bisa mengandung arti penyumbat bumi, dalam buku Atlantis – Santos, ini menunjukkan Gunung Krakatau yang merupakan penghalang batas laut Jawa dan lautan Hindia, yang kini berada di Selat Sunda 

Berdasarkan bukti fisik dan lain sebagainya sebagai bukti catatan sejarah,  tentunya awal abad masehi atau pun sebelumnya di Nusantara ini akan tetap menjadi misteri, dan hanya Tuhan Yang Maha Tahu tentang peristiwa kehidupan pada masa itu. Sekali lagi kita harus berterima kasih kepada Allah yang masih melindungi catatan sejarah pada prasasti yang ditemukan di abad ke-6 Masehi berisi data sejarah tentang telah berdirinya kerajaan atau peradaban yang cemerlang dikisaran abad ke-4 dengan keberadaan Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnawarman, bukti peradaban tinggi pada saat itu adalah dengan pernyataan bahwa teknologi baju besi perang beliau tidak akan bisa ditembus oleh mata panah dari logam.

Walaupun prasasti Kutai meninggalkan catatan sejarah dengan bukti arkeolog berupa prasti tersebut yang memberikan keterangan tentang Raja Mulawarman, kemudian Asyawarman dan Kudungga, tapi kelanjutanya kerajaan tersebut masih menjadi misteri, bahkan nama Kerajaan Kutai juga bukan kerajaan yang diterangkan oleh prasasti tersebut, karena memang tidak terdapat nama kerajaan Kutai di prasasti itu.

Ukiran kepala gajah bermahkota teratai diprasasti yang ditemukan di Bogor  tentang raja Purnawarman yang oleh para ahli diduga sebagai “huruf ikal” yang masih belum terpecahkan bacaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan).

Lambang atau simbol yang menunjukan telah terjadi peristiwa masa gelapnya bumi, ketika matahari dan bulan berada dalam satu posisi tentunya peristiwa alam yang terjadi adalah gerhana Matahari dengan efek bahwa cahaya tidak bisa diterima dibumi, kondisi menjadi gelap, dan itu sejalan dengan efek hipotesa dari peristiwa maha dasyat vulkanik gunung Krakatau 535 M, Bishop Siria, John dari Efesus bahkan dijelaskan masa kegelapan itu berlangsung selama 18 bulan sehingga suhu bumi berkisar  10 derajat celsius dan efek lainnya ditandai dengan kemunduran peradaban diberbagai belahan bumi, sekaligus berkurangnya populasi manusia secara dramatis pada masa itu.

Referensi :
  1. Wikipediaonline.
  2.  “Atlantis, TheLost Continent Finally Found“, Prof Arsyio Santos, Penerbit Ufuk.
  3. Eden in The East”, Prof Stephen Oppenheimer,  Penerbit Ufuk.
  4. Hugh Tredennick and Harload Tarrant, “Plato, Hari-hari Terakhir Socrates“, penerbit PT Elex Media Komputindo.
  5. http://geologi.iagi.or.id/
  6. Indonesia – Nusantara – Dwipantara